Lihat ke Halaman Asli

Afif Auliya Nurani

TERVERIFIKASI

Pengajar

Kenali Risiko Lekas Memberi Gawai pada Anak Ketika Rewel

Diperbarui: 20 Januari 2023   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Solusi praktis orangtua langsung memberikan gadget pada anak ketika anak rewel memiliki risiko dan dampak jangka panjang bagi anak. Sumber: techcrunch via Kompas.com

Lekas memberikan gawai saat anak sedang merengek atau menangis adalah jalan ninja yang seringkali ditempuh oleh orangtua. Hal tersebut bertujuan agar perhatian anak segera teralihkan dan terhibur dengan tontonan yang menarik. Tak jarang, orangtua menjadikan hal tersebut sebagai 'pembenaran' untuk memberikan screen time berlebihan pada anak.

Meski berdasarkan penelitian terkini anak baru diperbolehkan screen time di usia 18 bulan ke atas, tak jarang orangtua terpaksa memberikan lebih dini agar anak lebih tenang. Tak jarang pula waktu screen time yang diberikan melebihi batas yang direkomendasikan oleh Association of American Pediatry, di mana anak usia kurang dari 5 tahun disarankan maksimal hanya 1 jam per hari.

Yang menjadi pertanyaan, apakah tindakan tersebut sudah tepat? Sebab, seringkali anak langsung terlihat tenang dan mendadak 'lupa' dengan tantrum-nya setelah dihadapkan dengan gawai. Apakah tindakan tersebut merupakan satu-satunya solusi dalam menghadapi anak yang rewel?

Pemberian Gawai Meningkatkan Resiko Disregulasi Emosi pada Anak 

Rupanya, hal yang tampak menjadi solusi instan tak selalu berdampak baik bagi perkembangan anak dalam jangka panjang. Telah banyak studi yang membuktikan hal tersebut, utamanya dari segi kesehatan fisik dan mental bagi anak. Meski penggunaan gawai adalah bagian dari transformasi digital, namun perlu diperhatikan batasan dan kebijakan dalam memanfaatkannya.

Salah satu studi terkait resiko pemberian gawai langsung kepada anak yang sedang rewel telah diuji pada kurang lebih 400 anak dengan rentang usia 3-5 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan gawai selama 6 bulan secara berulang demi meredakan rewel atau tantrum mereka dapat berdampak pada disregulasi emosi.

Disregulasi emosi adalah ketidakmampuan individu dalam mengenali dan mengelola emosinya sendiri. Emosi yang dimaksud tidak hanyak merujuk pada konotasi negatif seperti marah, sedih, kecewa, jijik, dan sebagainya, melainkan juga emosi positif seperti senang, tenang, dan masih banyak lagi.

Kembali pada studi di atas, yang menjadi alasan mengapa hal tersebut dapat meningkatkan resiko disregulasi emosi yakni dikarenakan anak usia 0-5 tahun sedang berada pada periode dasar perkembangan sosioemosionalnya. Jika gawai diberikan terlalu sering ketika anak sedang rewel, perkembangan regulasi emosi dalam menghadapi tekanan akan tidak optimal karena selalu dialihkan.

Pengalihan fokus tersebut berakibat pada emotional coping skill yang buruk, sehingga anak seakan tidak diberikan kesempatan untuk mengenali dan memvalidasi emosi yang mereka rasakan. Emotional coping skill yang buruk biasanya ditandai dengan perubahan mood yang drastis dan cenderung lebih impulsif dalam bertindak.

Dilansir dari UNICEF, penggunaan gawai secara berlebihan pada anak dapat membatasi kemampuan mereka untuk mengontrol impuls. Hal tersebut dapat mengurangi kemampuan anak untuk membaca dan mengendalikan rasa frustrasinya. Dengan membawa tekanan emosi tersebut, anak akan enggan melakukan aktivitas yang melibatkan interaksi sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline