Lihat ke Halaman Asli

Afif Auliya Nurani

TERVERIFIKASI

Pengajar

Mengintip Taktik Moralisasi Anak ala Sayyidina Ali

Diperbarui: 9 Maret 2017   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anak adalah sosok makhluk yang terlahir mungil nan polos namun memiliki efek yang besar terhadap kehidupan orangtuanya di dunia dan akhirat. Mereka dapat tumbuh menjadi taat atau durhaka, menyejukkan mata atau menyedihkan hati, bahkan menjadi petunjuk surga atau neraka, semua tergantung pada bagaimana didikan orangtua dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya. 

Sebagaimana dalam suatu Hadist Rasulullah SAW yang berbunyi : “Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, maka hanya kedua orangtuanya lah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, seorang Nasrani, atau seorang Majusi” (HR Bukhari). Hadist Rasulullah SAW tersebut secara tidak langsung menyinggung betapa pentingnya peranan orangtua dalam mendidik anak, di mana segala perlakuan orangtua terhadap anaknya memiliki risiko yang dapat menyesatkan sang anak dari fitrahnya.

Na’asnya, orang tua masa kini berhadapan dengan tantangan yang besar dalam mendidik anak. Semakin pesatnya perkembangan teknologi dan melubernya modernisasi, tentu akan membawa dampak positif dan juga dampak negatif yang relatif banyak, terutama bagi anak-anak usia dini. Menurut teori John Dewey, perkembangan anak usia dini berada pada tahap pra-moral, di mana anak masih belum sadar aturan dan juga belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 

Tentu hal ini membuat orang tua menjadi resah tentang bagaimana harus mendidik anak agar tak salah asuh. Mengingat bahwa mendidik anak pada hakikatnya bersifat irreversible, maka orangtua harus ekstra berhati-hati terutama dalam menanamkan moral kepada anak. Karena mendidik anak sebenarnya bukan tentang mencerdaskan otaknya, tapi justru mencerdaskan perilakunya secara menyeluruh. Untuk itulah perkembangan moral sangat penting untuk diperhatikan.

Menyikapi hal tersebut, orangtua tak perlu terlalu khawatir. Puluhan ribu tahun yang lalu, salah seorang sahabat sekaligus menantu kesayangan Rasulullah SAW telah memiliki cara jitu dalam menumbuhkan akhlaqul karimah kepada anak-anaknya. Ya, beliau adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Khalifah ke empat ini membagi cara menumbuhkan moral anak ke dalam 4 tahap. Kira-kira bagaimana, ya? Apakah sama dengan teori-teori yang lain seperti yang dikemukakan oleh John Dewey, Jean Piaget, maupun Lawrence Kohlberg? Oke, langsung saja :

1. Usia 0-7 tahun : Anak adalah RAJA

Golden age adalah masa ‘vital’ setiap manusia dalam mencapai aspek-aspek perkembangan yang optimal, terutama dalam perkembangan moralnya. Oleh karena itulah orangtua wajib hukumnya untuk sangat intens kepada buah hati. Ibarat raja, sebisa mungkin orangtua harus mengayomi anak dengan setulus hati dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan masanya. Selain itu, bimbingan dan dukungan yang eksklusif untuk anak juga sangat dibutuhkan, mengingat pada masa tersebut anak belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 

Jadi, perlakukan mereka dengan penuh kelembutan karena hal tersebut akan sangat berpengaruh pada perkembangan moralnya kelak ketika dewasa. Apabila pada masa ini anak justru dibentak, disuruh ini-itu, dan diperlakukan tidak baik, maka tak perlu heran jika nantinya anak tersebut akan tumbuh sebagai manusia yang ‘ngelamak’ (bahasa Jawa, artinya tidak memiliki sopan santun), pembangkang, dan kawan-kawannya. And the last but not least : sesibuk apapun, ketika anak membutuhkan sosok orangtua di dekatnya, maka penuhilah. 

Jangan menunggu sampai anak menangis atau berteriak dengan kencang. Apabila hal ini tidak dihiraukan, maka jangan salahkan ketika mereka dewasa nanti tidak akan menangguhkan panggilan orangtuanya, no matter how busy they are.

2. Usia 8-14 tahun : Anak adalah TAWANAN

Sesuai dengan teori perkembangan moral John Dewey, pada rentan usia ini kesadaran anak akan aturan mulai berkembang. Selain itu, anak sudah mulai memahami dan mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Ini adalah saat yang tepat bagi orangtua untuk memberikan beberapa hak dan kewajiban tertentu. Sayyidina Ali mengajarkan bahwa baiknya di masa ini anak diperlakukan seperti tawanan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline