Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan Ajang untuk Bersaing

Diperbarui: 5 Juni 2016   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ramadhan adalah salah satu bulan yang diagungkan oleh umat uslim. Salah satu bulan perenungan, pengembangan diri ke arah lebih baik. Di bulan ini segala amal kebaikan menjadi sangat bernilai. Tidak hanyamemiliki nilai kepada sesama umat namun juga bernilai ganda untuk setiap Muslim yang menjalankan kebaikan. Di bulan suci ini umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh, juga bagi umat Muslim yang mampu diwajibkan pula untuk berzakat sesuai ketentuan yang telah ditentukan yang ditujukan kepada mustahikatau orang yang berhak menerima zakat sesuai dengan QS. At-Taubah ayat 60, yang memiliki arti:

 “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa mustahik meliputi fakir, miskin, amilzakat, mu’allaf, budak, orang orang yang terlilit dengan hutang, orang-irang yang berjuang di jalan Allah (fii sabilillah), dan ibnu sabil.

Bulan Ramadhan yang memiliki keistimewaan menonjol dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh umat Muslim. Misal saja, dari sumber yang didapatkan oleh penulis di dalam website selasar.com menyatakan bahwa negara mayoritas berpenduduk Muslim memiliki tingkat konsumsi yang meningkat justru di bulan Ramadhan. Peningkatan ini tidak hanya terjadi di negara maju seperti Uni Emirate Arab dan Qatar namun juga terjadi di Indonesia. Adanya tradisi selama Ramadhan hingga menjelang Idul Fitri (masa akhir bulan Ramadhan) ini yang memicu adanya konsumerisme.

Kenaikan konsumerisme di bulan Ramadhan di Indonesia pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar sekitar 30%, dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami kenaikan ditahun-tahun selanjutnya. Pemicu konsumerisme tertinggi di bulan Ramadhan adalah pengaruh dari pembelian bahan-bahan makanan, minuman, serta pakaian.

Tradisi selama Ramadhan ini adalah adanya rasa kekeluargaan saat menjelang berbuka dimana terkadang dalam satu keluarga bisa menambah keberagaman makanan yang disajikan terlebih hal ini dilakukan saat menjelang 1 Syawal, dimana seluruh sanak keluarga berkumpul. Kemudian salah satu kebiasaan berbuka atau iftaradalah buka bersama, ada yang bertujuan untuk menjaga ukhuwah atau persaudaraan adapula yang memiliki tujuan untuk sosial yaitu membagikan minuman berbuka untuk pengguna jalanan atau ditujukan kepada masjid, panti asuhan, dan lain-lainnya. Yang mempengaruhi tingkat konsumerisme selain makanan dan minuman adalah pakaian.

Dari kebiasaan-kebiasaan ini perusahaan dan pedagang perlu memiliki strategi khusus untuk menghadapi lonjakan permintaan saat di bulan Ramadhan ini. Hal ini dilakukan oleh PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Bahwa perusahaan ini telah melakukan penambahan stok sejak beberapa bulan sebelum bulan Ramadhan. Kemudian strategi yang serupa juga dilakukan oleh Head of Public Relations PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) Fernando Repi juga yang merupakan pengelola Hypermart, Boston, dan Foodmart itu telah melakukan penambahan stok secara bertahap sejak enam bulan lalu. Selain itu PT Matahari Putra Prima juga meneliti pola pembelian di tahun-tahun sebelumnya, jadi perusahaan ini mengetahui pola mingguan barang apa saja yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat.

Pusat perbelanjaan adalah salah satu tempat teramai dikala Ramadhan datang. Mulai dari pagi, waktu berbuka hingga malam hari. Dari sisi ini pusat perbelanjaan yang terdapat di kota-kota besar seharusnya juga perlu memperhatikan kebutuhan akan ibadah bagi umat Muslim. Misal saja tempat makan yang akan mulai ramai dikala bulan Ramadhan tiba selain adanya ta’jil gratis yang telah disediakan juga perlu menyediakan tempat untuk sholat maghrib dengan tempat sholat, tempat untuk berwudhu, mukena, sarung, serta sajadah dalam keadaan bersih dan suci. 

Dari hal-hal kecil ini biasanya masyarakat umum juga akan memberikan bentuk apresiasi yang positif. Begitu pula pusat perbelanjaan atau mall untuk memberikan dorongan masyarakat lebih memilih sholat tarawih bersama dibandingkan untuk pergi ke pusat perbelanjaan, karena saat Ramadhan tiba ini seringkali pusat perbelanjaan akan bersaing dengan masjid-masjid. Khususnya saat Ramadhan telah memasuki hari ke 20, pusat perbelanjaanlah yang akan lebih ramai di malam hari daripada masjid yang menjalankan sholat tarawih.

 Hal ini bisa diatasi dengan memberikan sejumlah potongan harga atau bahkan gratis bagi pembeli yang telah menjalankan sholat tarawih, hal ini juga bertujuan untuk mendukung konsumen muslim untuk senantiasa istiqomahatau menjalankan ibadah secara berkelanjutan, karena Allah menyayangi hambanya yang menjalankan suatu amalan secara berkelanjutan. Meski hal ini juga perlu ditanyakan bagaimana niat dalam melaksanakan sholat tersebut apakah untuk mendapat potongan harga atau memang untuk Allah ta’ala, namun ini adalah salah satu cara untuk mendidik konsumen.

Salah satu waktu yang tepat untuk membangun brandsalah satunya juga pada bulan Ramadhan. Terdapat beberapa brandyang mengambil moment waktu ini sebagai ajang pengenalan perusahaan. Salah satu brandbisa menjadi trending topik ketika mulai mempublikasikan sebuah iklan edisi Ramadhan, dan bisa selalu diingat oleh konsumen dalam satu tahun kedepan. Adanya konten menyentuh, motivasi beribadah, dan kepedulian sosial bisa menjadi salah satu jalan untuk menarik perhatian konsumen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline