Gurat-gurat kekecewaan di wajahmu seketika lenyap, suara sapaan dari seorang anak laki-laki itu membuatmu tersenyum senang.
Tanpa menunggu anak laki-laki itu mendekat, kamu dengan cepat naik ke pagar pembatas jembatan. Merentangkan tangan dan mengabaikan seruan anak laki-laki yang dengan secepat mungkin berlari menghampirimu.
Kamu masih tidak peduli dan memilih menikmati sepoi-sepoi angin malam sambil memejamkan mata.
"Al, buruan ikut aku berdiri di sini!" Tanpa menoleh ke arah anak laki-laki itu, kamu menyuruhnya untuk bergabung.
"Al ...."
"Rim, ibuku lihat kita di ujung jembatan sana, ayo pulang!"
Kamu mencebik kesal, ucapan anak laki-laki itu membuatmu terganggu, lalu meminta tolong anak laki-laki itu untuk dibantu turun.
"Mana?" tanyamu saat menyadari kalau anak laki-laki bermata sipit itu berbohong. Anak laki-laki itu menunduk sambil menendang kerikil di dekat kakinya.
"Kamu bohong! Kamu sama ibuku sama saja!" teriakmu kesal. Kamu mendorong anak laki-laki itu lalu berlari menjauh. Namun, dengan cepat langkahmu terhenti.
Anak laki-laki itu mengejarmu dan berhasil membuatmu berhenti. "Kenapa, sih? Aku enggak mau main lagi sama pembohong!"