Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Pelajar Indonesia Malas Membaca Buku?

Diperbarui: 30 November 2024   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Buku merupakan sekumpulan kertas yang memuat tulisan atau informasi. Isi dari buku biasanya memuat tentang cerita, sejarah, pengetahuan, wawasan, dan informasi yang dibuat oleh penulis. Kita seringkali mendengarkan "Buku adalah jendela dunia.", hal ini berarti buku adalah sumber informasi yang ada di dunia. Di dunia ini memiliki berbagai varian buku yang ditulis dari zaman ke zaman, dari zaman romawi kuno hingga peradaban maju seperti sekarang. Dengan membaca buku kita dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan mengetahui serangkaian kejadian yang pernah terjadi di masa lalu. 

Namun, minat membaca buku di kalangan remaja sekarang sangatlah berkurang. Menurut UNESCO, indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya diangka  0,001% atau dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) dalam laman resminya juga pernah merilis hasil Riset bertajuk World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara perihal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat mendukung pelajar untuk membaca, dengan cara menunjang infrastukur baik di sekolahan maupun di ruang umum. Dengan sudah didukungnya infrastruktur untuk membaca, mengapa pelajar Indonesia masih malas untuk membaca?

Di zaman dahulu, apabila seorang pelajar ingin belajar mereka harus membaca buku. Karena di generasi terdahulu belum disediakan ponsel seperti saat ini. Di masa modern ini pelajar disediakan internet yang dapat menunjang kebutuhan  mereka dalam belajar. Internet menawarkan kecepatan dan berisi begitu banyak informasi di dalamnya. Hanya dengan menuliskan apa yang ingin kita ketahui, kita langsung disediakan jawaban atau informasi tersebut dari internet. Namun, dibalik kecanggihan dari internet tersebut, menyimpan berbagai masalah yang perlu kita ketahui. Di kalangan pelajar SMP dan SMA saat ini, apabila mereka ingin mendapatkan jawaban dari tugas yang diberikan kepada mereka, mereka akan mencari di internet dan langsung menemukan jawabannya. Seringkali mereka hanya menyalin apa yang mereka dapat dari internet dan enggan untuk memahaminya. Masalah lain adalah kemunculan sosial media yang menyediakan video pendek 1 menit. Di kalangan pelajar hampir semuanya memiliki sosial media. Mereka disajikan konten-konten yang berisi informasi hanya dalam video berdurasi pendek. Apabila mereka mengonsumsi konten-konten tersebut secara terus-menerus, di dalam otak mereka akan terisi oleh informasi yang begitu banyaknya. Hal ini mengakibatkan mereka akan merasakan kesenangan sesaat dan akan mudah melupakan informasi yang baru saja mereka dapatkan. Seringkali seorang pelajar hanya menerima sebuah informasi secara mentah-mentah, tanpa mencari tau kebenarannya. Ini yang mengakibatkan pelajar seringkali terkena hoaks, informasi palsu, atau penggiringan opini yang salah. Masalah ini sangatlah serius bagi Bangsa Indonesia, karena pelajar merupakan harapan Bangsa Indonesia di masa yang akan mendatang. Untuk mewujudkan visi "Indonesia Emas 2045" dibutuhkan pelajar yang hebat, tangguh, dan inovatif dari masa sekarang. Apabila seorang pelajar bermalas-malasan untuk membaca, harapan tersebut akan susah untuk dicapai, mengingat pelajar saat ini susah untuk berpikir kritis dan berinovasi.

Dengan membaca buku, seorang pelajar akan terlatih untuk memahami isi dari buku tersebut. Mereka juga akan mendapatkan banyak kosakata sehingga mereka akan lebih mudah untuk berpikir kritis dan mengutarakan apa yang mereka pikirkan. Membaca buku akan sangat bermanfaat bagi pelajar, mereka akan mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas terhadap dunia yang mereka tinggali. Dengan tidak bergantung pada internet, maka seorang pelajar akan dipaksa untuk memahami isi dari sebuah buku. Demikian sehingga mereka akan mendapatkan ilmu yang berguna bagi kehidupan mereka.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan peran dari pemerintah dan orangtua. Pemerintah harus mengatur peredaran video pendek yang ada di sosial media, dan juga perlu ditingkatkannya fasilitas penunjang membaca bagi pelajar. Orangtua juga harus memperhatikan anak mereka, atas apa yang mereka konsumsi dari sosial media. Juga perlu dorongan dari orangtua agar anak mau dan semangat untuk membaca. Karena terkadang masalah dari seorang pelajar untuk membaca buku adalah ketersediaan dari buku itu sendiri. Harga yang mahal masih menjadi pertimbangan seorang pelajar untuk membaca buku. Terlepas dari peran orangtua dan pemerintah, seorang pelajar juga harus sadar akan pentingnya membaca. Karena membaca adalah jembatan untuk menuju ilmu dan pengetahuan. Mereka harus bersemangat untuk membaca, agar visi "Indonesia Emas 2045" dapat terwujud, karena ini merupakan tanggungjawab dan harapan terhadap pelajar Indonesia di masa saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline