Lihat ke Halaman Asli

Menunggu Realita Nawa Cita (2)

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah terpilih secara resmi menjadi Presdien dan Wakil Presiden RI. Mereka berdua, dalam masa kampanyenya merancang sembilan agenda prioritas, yang lebih dikenal dengan Nawa Cita. Program ini menawarkan prioritas perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan kepribadian dalam kebudayaan. Tentu saat ini tidak salah bila 9 program itu kita tagih dengan cara mencicil. Program apa yang telah dilaksanakan.

Bidang kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial lewat wahana pendidikan menempati prioritas ke-9, yaitu : Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antar warga.

Program ke-9 ini dapat dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu :

Memperkuat pendidikan ke-bhinekaa-an dan menciptakan ruang-ruang dialog antar warga.

Kata kunci program ini adalah ke-bhineka-an dan dialog antar warga. Ke-bhineka-an dapat disederhanakan menjadi keanekaragaman namun terangkum menjadi satu kesatuan. Bahasa, budaya, ragam hayati, lingkungan, di seluruh daerah di Indonesia adalah berbeda. Itu pasti. Namun dengan keanekaragaman itulah harus diciptakan sebuah ruang atau sarana untuk saling memahami. Bukan menonjolkan satu etnis tertentu. Pendidikan adalah wahana yang sangat cocok untuk dialog agar saling memahami dan menghormati. Karena dalam pendidikan hampir ditemui keadaan yang setara. Umur sederajad, kesipan mental setara, penerimaan pengetahuan yang baru hampir bersamaan. Sehingga dari ranah pendidikan sangat memungkinkan membuat wacana tentang kesepahaman dalam hidup bersama.

Mengembangkan insentif khusus untuk memperkenalkan dan mengangkat budaya lokal. Insentif, menurut Pangabean adalah kompensasi yang mengaitkan gaji dengan produktivitas. Insentif dapat berupa penghargaan. Intensif adalah pahala dalam bentuk kelebihan karena seseorang melakukan sesuatu. Dalam pendidikan, intensif tidak harus berupa uang. Intensif bisa berupa pemberian nilai, yang nantinya akan digunakan sebagai amunisi untuk naik pangkat atau golongan. Penghargaan ini diberikan karena kelebihan seseorang dalam menguasai sebuah bidang atau profesi.

Meningkatkan proses pertukaran budaya untuk membangun kemajemukan sebagai kekuatan budaya. Tidak ada orang yang bisa mendefinisikan dengan tepat arti budaya. Budaya itu adalah nafas. Setiap saat bisa melakukan sesuatu, dari yang hanya selalu tetap atau selalu berubah. Budaya harus didialogkan dengan budaya lain, agar saling kenal. Dengan demikian budaya harus dipublikasikan kepada orang lain, agar mereka mengenal kita. Dari sini akan tumbuh sikap saling menghormati.

Program Prioritas

118 Desa Adat, 282 Komunitas Budaya dan 3 Cagar Budaya direvitalisasi

2.500 Cagar Budaya dilestarikan/diregistrasi

30 Museum dibangun

6 Taman Budaya direvitalisasi

10 Rumah Budaya dibangun/disrintis di luar negeri

Pembuatan film dokumenter untuk pendidikan karakter




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline