Lihat ke Halaman Asli

Ingin Jadi Arsitek? Kemampuan Dasar Hitungan Nomor 2

Diperbarui: 4 April 2017   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13486519051749503106

[caption id="attachment_214697" align="alignleft" width="192" caption="dok. pribadi"][/caption] Belum lama ini, saya bertemu dengan mantan siswa. Sekarang sudah menjadi arsitek yang cukup handal. Beberapa proyek besar, ia tangani bersama rekan-rekannya. Saat berjumpa terakhir, ia sedang mengerjakan sebuah proyek untuk PLN. Dia termasuk orang yang dipercaya oleh pimpinan proyek dalam setiap pembuatan bangunan. Gedung perkantoran, mall, pasar atau bangunan lain yang berskala besar. Pernah suatu ketika ia presentasi didepan bupati untuk mengerjakan bangunan perkantoran, yang mengharuskan pakai jas. Diakuinya, bahwa ia pertama kalinya pakai jas, seperti memakai baju robot, katanya.

Dulu, sewaktu di sekolah, rasanya dia biasa saja. Tak terlalu istimewa untuk pelajaran matematika. Bahkan tak pernah masuk dalam 10 besar untuk kelas siswa yang berjumlah 40 siswa. Nilai rapot hanya diatas rata-rata sedikit. Pelajaran lainpun setali tiga uang.

Perawakannya memang tergolong kecil. Diakui juga oleh ibunya, yang kebetulan saat itu menjadi salah satu pengurus BP-3 (sekarang komite). Dia lahir prematur. Bobot badan dibawah rata-rata bayi lahir normal. Saat kecil sakit-sakitan. Hanya kelebihan dia, sewaktu kecil sudah senang membawa penggaris dan pena. Kertas apapun akan ditulis dalam bentuk garis-garis. Di bangku SD, ketika teman lainnya  senang menggambar gunung, ia lebih suka membuat garis-garis tanpa bentuk.

Ia lulus SMP dengan mengantongi NEM yang biasa. Tergolong rata-rata. Bekal nilai NEM itu, kalau untuk memasuki sekolah tingkat SMA, juga hanya diterima sekolah SMA yang berkatagori rata-rata. Saya tidak mengetahui secara persis perkembangannya. Namun saya cukup kaget, setelah mendengar ia masuk perguruan tinggi yang cukup ternama dengan jurusan yang tidak kalah keren. Teknik Arsitektur.

Apakah sewaktu di SMA mendapat suntikan motivasi dengan kadar cukup tinggi? Ataukah teman-teman di SMA sangat mempengaruhi perilaku, sehingga memiliki daya juang yang handal untuk menembus perguruan tinggi favorit. Namun saya perkirakan, faktor keluargalah yang sangat menentukan. Kedua orang tua cuma mengatakan “Nak…. Kalau kamu ingin duduk di kursi jurusan teknik arsitektur, kalahkan dulu 14 orang. Satu kursi diperebutkan 15 calon mahasiswa”

Jangan terlalu khawatir amat, manakala mendapati anak-anak kita tidak bisa mengikuti  dalam mata pelajaran tertentu. Jangan terlalu risau kalau menemukan anak yang hanya senang menulis buku memori atau puisi, sementara pelajaran matematika atau fisika jeblok.  Yang perlu kita risaukan, manakala kita dapatkan anak yang tidak pernah mencoba.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline