Baru saja saya menerima sejumlah alat olah raga. Barang ini akan dimanfaatkan untuk kegiatan olah raga bagi siswa. Ada 27 jenis barang dengan jumlah lebih dari 80 buah. Karena bagian gudang sudah pulang, saya biarkan barang tergeletak di ruang tamu. Analisaku, ada beberapa barang yang bisa digunakan, sebagian lain mungkin hanya untuk mengisi gudang saja. Misal Ring Basket lengkap dengan jaring dan papannya dan bola baskten tentu saja. Tapi mau dipasang dimana? Halaman sekolah kami memiliki panjang kurang lebih 15 m dan lebar 7 m. kalau dibuat cukup, bisa saja. Tapi kondisi halaman tidak rata. Beberapa bagian tanahnya miring, sesuai dengan kondisi awal. Mubadzir kan? Tongkat lembing. Di kota, sangat sulit mendapatkan tanah lapang yang berupa tanah atau rerumputan. Kalaupun toh ada, biasanya sudah di aspal atau di konblok. Mosok lempar lembing di aspalan? Demikian pula bola cakram, bola volly dan jaringnya, bola sepak. Sama saja. Mudah-mudahan tidak ada lagi pengiriman barang berupa dayung. Perlu diketahui, bahwa barang tersebut adalah pemberian langsung. Bukan permintaan. Biasanya kalau permohonan harus disertai dengan proposal. Sebelumnya, sekolah juga belum pernah diajak rapat untuk membahas pengadaan alat olah raga. Padahal kalau saja sekolah-sekolah penerima diikutsertakan dalam rapat, pengadaan barang akan tepat sasaran. Sekolah akan memilih barang-barang sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Saya jadi teringat tulisan pak Dahlan Iskan. Suatu ketika Pak Dahlan dibisiki salah satu karyawannya "Pak, kunjungan Bapak ini membuat kami merasa dekat dengan pimpinan. Selama ini kami menyangka kalau pimpinan itu hanya lebih dekat dengan rekanan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H