Lihat ke Halaman Asli

Belajar Sejarah (3)

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah menulis tentang belajar sejarah (1) dan belajar sejarah (2), talisman di bawah ini adalah sambungan dari yang dahulu. Tapi saya tekankan lagi bahwa tulisan yang sedang Anda baca hanya berdasarkan buku novel atau buku tulisan sejarah popular, bukan kajian sejarah murni. Bila ingin membaca lebih dalam lagi, bukalah literatur-literatur yang ada diperpustakaan kampus atau perpustakaan pemerintah (kalau ada!)

Buku sejarah yang saya baca berikut ini merupakan karya dari :

4. Anchee Min

Buku ini berkisah tentang seorang selir muda pada masa dinasti Ch’ing yang kemudian menjelma menjadi Maharani. Maharani adalah sebutan yang diberikan selir sebagai balas jasa dalam menyelamatkan istana. Kisah yang dituturkan sangat menarik, karena berlatar belakang runtuhnya kekaisaran terakhir di negeri China. Negeri yang sebelumnya menjadi tujuan banyak orang untuk mendapatkan kekayaan, keilmuan, ketrampilan. Negari ini pernah menjelma menjadi sebuah negeri yang masyhur, memiliki kebudayaan yang tinggi, yang bahkan nabi Muhammad saw sendiripun memerintahkan kepada umatnya agar mencari ilmu biarpun sampai negeri china.

Putri Yehonala yang cantik adalah gadis yang mujur. Ia berasal dari desa di wilayah utara. Setelah dijadikan selir oleh sang kaisar, ia bermetamorphosis dengan kehidupan di olingkungan istana. Kecerdasan yang ia miliki menasbihkan bahwa ia menjadi salah satu pemuka dalam lingkungan istana. Sekalipun selir, namun dalam perjalanan sejarah, dialah yang menjadi tumpuan terakhir setelah negeri itu kalah berperang melawan negara barat, serta rongrongan pemberontak dari berbagai propinsi yang berbatasan dengan Negara lain. Dipundak Tzu Hzi (nama panggilan), harapan terakhir untuk menegakkan kembali kekaisaran dari puing-puing kehancuran.

Dari sinilah ia berperan aktif. Pengamat sejarah punya dua pandangan yang berbeda. Pertama, menempatkan Tzu Hsi sebagai yang sangat cerdas, karena bisa membangkitkan kembali semangat juang tentara kaisar dari cerai berai. Pandangan yang kedua, punya prinsip mencela. Dengan kecerdikan seorang maharani, sebenarnya dia yang menggerogoti kekuasaan kaisar dari dalam.

Malang tak dapat dihindari, celakanya kaisar menyerahkan kekuasaannya kepada keturunan yang sangat lemah. Ia masih anak-anak. Sehingga segala macam perintah dan aturannya praktis dikendalikan oleh sang selir. Dalam film “Last Emperor” kaisar muda bernama Pu Yi. Digambarkan diakhir film itu, istana tidak kuat menghadapi gemburan tentara dari selatan yang menamakan diri tentara merah. Praktis, china yang sebelumnya begitu megah, dan otoriter sudah dalam genggaman mulut kekuatan baru, komunis.

Dalam buku yang lain, otobiografi sang kaisar, diceritakan bahwa kaisar yang malang itu diusir dari istana dan menjadi pekerja paksa. Bahkan sempat pula diadili. Tragis.

Anchee Min adalah ahli dongeng, yang sekaligus penulis novel. Ia menulis Empress Orchid bukanhasil rekaan. Ia telah melakukan riset di Museum Sejarah Cina, Perpustakaan Nasional Cina, Museum Shanghai dan Museum Kota Terlarang di Peking.

Buku itu bertutur tentang kehidupan di kota terlarang lengkap dengan glamour dan intriknya, Ingatanku segera melayang waktu saya masih sekolah di SMP. 3,5 tahun saya menerima pelajaran sejarah. Di SMA hanya 1 tahun. Saya jadi ingat tatkala seorang guru mengajarkan sejarah cina. Mulai dari dinasti Qin, Han sampai pada dinasti Ming. Tak banyak yang melekat diotak, karena lebih banyak menghafal tahun, nama raja dan perang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline