Lihat ke Halaman Asli

Masih Lustrum

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Begitu aba-aba dibunyikan, seketika langkah kaki jalan sehat dalam rangka lustrum ke-11 dimulai. Murah, meraih, kolosal dan pastinya ramai serta menyehatkan. Menyusuri jalan di beberapa wilayah dalam satu kecamatan, cukup membuat pegal kaki bagi yang tidak terbiasa jalan atau olah raga. Lintasanpun tak seberapa jauh. Yang penting jalan. Setelah tiba kembali ke sekolah, anak-anak langsung disajikan hiburan dan makanan yang dibawa sendiri. Band anak mengawali hiburan pagi, yang dihias sinar matahari yang hangat. Wajah terlihat fress, karena hari itu tak ada pelajaran (sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan siswa dan juga guru). Loma adzan, Cerdas Cermat Agama (CCA) mengambil posisi lain. [caption id="attachment_211381" align="aligncenter" width="300" caption="numpang nampang"][/caption] Balon siap dilepas untuk melayang diangkasa. Tak ada hadiah memang, hanya ucapan selamat bagi yang menemukan. Konsep perayaan seperti ini mengapa masih saja menggunakan balon. Apa tidak ada yang lain? Budaya yang masih bertahan hingga kini. Tak tahu pasti siapa yang pertama kali mempeloporinya. Karaoke adalah mata acara yang paling heboh. Sebagai bentuk toleransi yang setengah dipaksa, semua kelas harus mengirimkan wakilnya. Jadilah peserta mendadak nyanyi. Nada yang keluar tidak pas dengan nada dasar pada saat technical meeting. Suara alto, sopran, semi cengkok berbaur jadi satu. Toh, semuanya hepi-hepi saja. [caption id="attachment_211379" align="aligncenter" width="300" caption="tak sungkan walau harus senggol-senggolan"][/caption] Guru-siswa berbaur, senang bersama, nyanyi bersama. Bukankah demikian konsep belajar? Andai bisa diterapkan pada waktu pembelajaran. Guru pegang instrument, anak menyanyi, demikian sebaliknya. Andai bisa diterapkan metode ini dalam konsep pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline