Lihat ke Halaman Asli

Negoisasi 2 (Tawar-menawar)

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negoisasi adalah bentuk tawar-menawar. Cuma mungkin namanya lebih keren. Membuat kesepakatan dengan pihak lain memang perlu seni tersendiri. Orang yang trampil dalam tawar-menawar biasanya sudah terasah sedari kecil. Orangnya supel, memahami kekurangan orang lain, senang bersahabat dengan siapapun tanpa memandang sekat suku, golongan dan kelas sosial.

Tawar-menawar bisa dikatagorikan sebagai sebuah permainan dengan aturan yang telah disepakati. Mengapa aturan disepakati? Karena tawar-menawar dilakukan dalam keadaan setimbang. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah. Aturan dapat berupa tertulis atau karena kebiasaan saja. Jual beli kendaraan bermotor, tentu lain dengan suasana di pasar hewan. Masuk di sekolah swasta berbeda dengan suasana di pasar modal. Meskipun intinya tetap sama. Tawar-menawar.

Tips berikut ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan negoisasi.

Pertama. Bila akan melakukan aktifitas tawar-menawar, pastikan mengetahui benar barang atau bahan untuk negoisasi. Tahap persiapan ini bisa meliputi survey atau mengetahui dengan pasti kualitas barang atau permasalahan. Data yang lengkap akan sangat membantu dalam menentukan keputusan.

Kedua. Pastikan bahwa negoisasi ini sebagai jembatan untuk mengetahui tujuan yang tepat. Jangan sampai yang hendak dituju membeli barang x, malah melakukan tawar-menawar barang y. Focus dalam berdiplomasi akan menentukan kepuasan ketercapaian.

Ketiga. Anggap bahwa negoisasi ini seperti permainan. Joke-joke dalam melakukan tawar-menawar pantas untuk dikemukakan. Sehingga kegiatan ini berjalan seperti kekeluargaan. Suasana cair harus diciptakan. Marketing yang handal memiliki selera humor yang tinggi. Lawan bicara dibuat gembira.

Keempat. Bertindak logis sesuai dengan lawan bicara. Berunding memerlukan argumen yang rasional, masuk akal. Ada komunitas-komunitas tertentu yang tingkat kebenarannya hanya diakui oleh komunitas tersebut. Misalnya jual beli keris. Keris sebagai barang antik dan keris sebagai barang yang memiliki tuah. Nilai kebenaran dalam kelompok itu, hanya berlaku di kelompoknya.

Kelima. Rahasiakan anggaran. Sering kali seorang marketing menanyakan langsung anggaran yang tersedia. Padahal uang yang kita miliki mestinya kita sendiri yang kita miliki. Tentang kualitas barang atau pembicaraan hanya kita yang akan meutuskan deal atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline