Sabtu dan minggu, 14 dan 15 Juni 2014, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah ( sering disingkat majelis dikdasmen ) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang merupakan lembaga dalam naungan Muhammadiyah menyelenggarakan Olympicad IV ( Olympiade Ahmad Dahlan ). Olympicad putaran ke-4 ini berlangsung di Universitas Muhammadiyah Malang. Sebuah universitas yang diklaim sebagai perguruan tinggi terbesar.
Menurut majelis dikdasmen, penyelenggaraan sejenis dihelat setiap 2 tahun sekali. Diharapkan memberi manfaat yang besar dalam rangka pembinaan sekolah, madrasah atau pondok pesantren Muhammadiyah diseluruh Indonesia. Prof. DR. H. Baedhowi selaku panitia penyelenggara mengharapkan agar olympicad memiliki manfaat : sebagai wahana untuk memupuk tali persaudaraan antar siswa dan guru Muhammadiyah, untuk memperkuat jaringan dan kerja sama antar sekolah, sebagai dasar untuk saling belajar antar siswa ataupun guru, dan mendorong sekolah untuk meningkatkan mutu dan prestasi serta berkomitmen agar sekolah muhammadiyah akan berusaha untuk menjadi lembaga pendidikan yang bermutu.
Dibawah guyuran hawa sejuk kota apel, sebanyak 5.000 lebih yang terdiri siswa, guru, pimpinan dan offisial saling bahu membahu untuk mendapatkan yang terbaik. Kompetisi yang didasari semangat kebersamaan dan dipoles dengan forum silaturrahmi ini akan selalu menjadi momentum kehidupan dalam berpendidikan. Mereka selalu antusias mengikuti agenda yang telah diracik oleh panitia. Keinginan yang kuat untuk maju, dapat diperoleh dengan melihat tingkat kompetensi sekolah dari berbagai penjuru. Dengan demikian tidak ada anekdot bagai katak dalam tempurung, karena mereka sudah bisa mengukur tingkat kemahiran dari sekolah kompetitor.
Tidak berlebihan dari sekian banyak orang yang terlibat langsung, merasakan adanya aura kepemilikan bersama. Ada 13 mata olimpiade yang dipertandingkan. Bahasa arab, Bahasa Inggris, matematika, ipa/fisika, english new reading, bussines plan, automotive troubleshooting ( khusus SMK ), kreatifotas guru, majalah sekolah, karya tulis ilmiah, robotika, film indie, dan tapak suci.
Ada 2 pertandingan yang menarik menurutku. Busines plan automotive troubleshooting. Bussines plan lahir untuk dikompetisikan karena semangat enterpreneur yang gaungnya sedang membahana. Bukan saja para pelaku bisni dan mahasiswa,tapi anak seusia SD pun sedang marak menyelenggarakan enterprenur. Terlebih lagi bukan hanya seminar, diskusi, workshop, namun sudah melaksanakan bisnis nyata.
Ketrampilan untuk merekayasa mesin sehingga lebih efisien dan tangguh juga memiliki minat yang cukup besar. SMK tidak lagi dipandang sebelah mata dalam melahirkan insan yang trampil. Terbukti sekarang masuk SMK jauh lebih sulit dibanding dengan SMA. Persaingan yang ketat masuk SMK bukan saja dari minat, akan tetapi syarat keilmuannya juga dipertimbangkan. Sehingga pertandingan outomotive trobleshooting sangat berbobot dipnafang dari sudut pengetahuan dan ketrampilan. Penguji tidak hanya dari akademisi tapi dari golongan praktisi juga ikut terlibat.
Sitem penilaian dalam olimpicad ini berdasarkan standar nasional. Kurikulum yang dipakai juga mengikuti materi-materi yang diujikan dalam olimpiade pada umumnya. Ada yang spesifik dari sekian banyak cabang lomba. Yaitu tapak suci. Seni bela diri khas Muhammadiyah memiliki katakter dan sistem lomba yang tidak jauh dari cabang pencak silat pada umumnya. Sehingga indikator penilaian bisa dipertanggung jawabkan.
Meski terjadi beberapa bolong disana sini, saya menilai cukup fair bila penyelenggaraan olimpicad kali ini lebih baik dari sebelumnya yang berlangsung di Yogyakarta. Karena menyelenggarakan even yang melibatkan ribuan peserta bukanlah perkara yang mudah. Itulah, bila manusia membuat pekerjaan yang merakan bagian dari budaya, apapun akan dilakukan demi melaksanakan visi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H