Lihat ke Halaman Asli

Menemukan Pemerintahan yang Ideal melalui Kunjungan ke Kraton

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam pembinaan generasi muda untuk menvintai khasanah budaya patut di apresiasikan. Setiap tahun lewat program Masa Orientasi Siswa baru, sekolah di lingkungan kota Yogyakarta dibebani untuk mengunjungi salah satu tempat wisata yang berbasis budaya. Kebijakan ini mincul karena, setelah dilakukan penelitian hampir semua sekolah yang mengadakan wisata ke Bali, Jakarta, Bandung atau kota lainnya belum pernah sekalipun mengunjungi anjungam wisata di Yogyakarta. Ironis. Saat orang lain berbondong-bondong berwisata ke Jogja, namun orang Jogja sendiri malah belum atau tidak berwisata ke sentra budaya Yogyakarta.
MOS merupakan agenda rutin bagi sekolah. Tujuan utamanya adalah untuk memperkenalkan lingkungan sekolah. Cara belajar, sistim pembinaan siswa, visi dan misi sekolah adalah hal-hal yang harus dikenalkan pada anak didik baru. Metode ini mujarab agar siswa baru cepat beradaptasi. Nakun dalam kenyataan, masih ada yang memainkan MOS menjadi arena perploncoan. Hampir selalu ada korban kekerasan pendidikan yang dibingkai MOS. Model seperti ini sudah menyimpang dari tujuan awal, yaitu pembinaan siswa baru yang reflektif.
Kali ini, sekolah mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Masjid Gede Kauman, Langgar KHA Dahlan dan Kraton Yogyakarta. Sudah 3 tahun ini, siswa baru digiring ke Taman Pintar. Tahun ini, sekolah mengajak siswa untuk menikmati dan mengamati budaya kraton. Sebuah situs budaya yang mudah dijangkau dan murah.
Mungkin, di benak siswa wisata ke kraton akan sama sengan Museum, kuno, kaku, kurang terawat, isinya tidak berubah dll. Pendapat itu benar adanya. Karena kraton memang secara hirarkis politik tidak memiliki kekuasaan. Kraton seperti halnya kerajaan lainnya kekuasaannya telah digerogoti. Sistem pemerintah  menghendaki agar demokrasi. Dipilih langsung oleh rakyat. Oleh karenannya kerajaan di Yogyakarta hanyalah simbol.
Meskipun simbol, kraton Yogyakarta dapat telah memainkan peran yang vital di republik ini. Saat daerah-daerah lain jatuh dalam genggaman kompeni, kraton Yogyakarta masih mampu menyangga republik di mata dunia. Karenannya berkunjung ke kraton ibarat membuka lembaran sejarah, agar generasi muda mengetahui perjalanan republik ini.
Di masa mendatang mungkin akan lebih baik bila Dinas Pendidikan akan menelurkan kebijakan lebih terinci lagi tentang pembinaan siswa. Bukan hanya sekedar jalan-jalan dan melihat, tapi lebih mengarah ke kajian. Siapa tahu generasi muda akan menemukan bentuk pemerintahan yang ideal sesuai dengan jamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline