Lihat ke Halaman Asli

Presiden Harus Melaksanakan (Blue Print) Ekonomi

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14099833071050196432

[caption id="attachment_357601" align="aligncenter" width="320" caption="sumber gambar : http://readersblog.mongabay.co.id/"][/caption]

Pemilihan Presiden tahun 2014 diyakini sebagai pilpres yang paling brutal dari segi saling serang menyerang. Andai saja ada 3 calon atau lebih mungkin tidak separah yang baru saja kita laksanakan bersama. Karena siapa lawan siapa kawan tampak jelas pemisahnya. Huhungan pertemanan yang telah dirajut begitu lama, sekarang luruh dan berantakan hanya karena perbedaan pilihan. Meskipun sebenarnya pemilih tidak merasakan secara langsung efek dari pilpres. Dulu petani sekarang tetap petani. Dulu karyawan belum ada jaminan akan naik menjadi pimpinan. Sama saja.

Persoalan bagi yang mampu berfikir cerdas, apa benar dengan pergantian presiden  lantas akan berubah seketika? Apa setelah pemilihan usai, lantas kesejahteraan dari segi finansial akan tercukupi? Api jauh dari panggang. Tingkat kehidupan ekonomi dalam keluarga tidak cukup signifikan dapat meningkat bila terjadi pergantian presiden.

Ada yang ironis di kalangan kita. Bila berbicara masalah ekonomi, maka telunjuk tangan kita akan mengarah ke menteri keuangan, menko ekuin, perdagangan, menko kesra. Kita lupa bahwa perekonomian yang sedang kita nikmati ini telah tercetak dari perencanaan tahun sebelumnya. Perekonomian yang dibangun telah dipersiapkan secara matang oleh tim ekonomi negara. Laju ekonomi tidak berdiri sendiri di tahun berjalan. Tingkat pertumbuhan dapat dibaca melalui grafik. Bahkan untuk 3 tahun kedepan kesejahteraan masyarakat dapat diteropong sedari sekarang.

Adalah MP3EI atau Masterplan for Acceleration and expansion of Indonesia's Development. Mengkaji rencana induk ambisius dari pemerintah Indonesia untuk mempercepat realisasi perluasan pembangunan ekonomi dan pemerataan kemakmuran agar dapat dinikmati secara merata di kalangan masyarakat. Mengapa ada kata ambisius? Karena dibanding dengan negara sesama asia tenggara, negara Indonesia masih belum duduk sejajar semisal dengan Malaysia. Sehingga wajar bila diibaratkan arena balapan, maka perlu mesin pendorong agar cepat sampai ke tempat tujuan. Masterplan ini dibuat semata-mata hanya supaya Indonesia dapat mencapai kesejahteraan lebih awal. Bukan karena parpol A. Karena itu tim ino terdiri dari orang profesional tanpa memandang latar belakang.

Indonesia sangat membutuhkan gambaran ekonomi yang akan menimbulkan kesejahteraan untuk masa depan. Dibutuhkan prediksi yang akurat agar kebutuhan untuk mencapai tujuan bisa terealisir, atau kalau meleset tidak terlalu banyak. Tim ini terdiri dari berbagai ragam tingkat disiplin, karena tim akan melakukan analisis berdasatkan potensi demografidan kekayaan sumber daya.

Kalau masyarakat hanya kenal menteri keuangan, menko ekuin maupun kesra, tak perlu disalahkan. Karena yang dipublikasikan memang hanya itu. Adapun tim MP3EI tidak dikenal. Jangankan programnya. Apalagi timnya. Padahal kinerja mereka sangat dibutuhkan dan diketahui oleh masyarakat. Rencana 2 tahun kedepan harusnya diketahui publik. Agat masyarakatpun mampu menyesuaikan diri. Presidenpun harus menyesuaikan diri dengan hasil kajian MP3EI. Presiden sebagai kepala pemerintahan akan lebih baik mengurui kehidupan bermasyarakat dan berpolitik. Pesta demokrasi boleh berjalan sesuai dengan waktunya. Kegiatan ekonomi biarlah berjalan sesuai dengan dengam rencana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline