Lihat ke Halaman Asli

Pemekaran Ekstra Kurikuler

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kegiatan ekstra kurikuler merupakan pendamping dari kurikuler. Kurikuler adalah sarana untuk pelaksanaan kurikulum yang lebih dominan dalam ranah intelektual atau teori. Namun tidak semua anak menguasai teori yang diajarkan oleh seorang guru. Ada beberapa siswa yang lebih lihai dalam ketrampilan. Untuk menjembatani diperlukan itikad yang tulus disertai dengan perencanaan yang matang. Karena semua potensi anak harus diwadahi untuk mendukung perkembangan anak agar optimal.

Tugas sekolah mengoptimalkan potensi anak baik yang bersifat konseptor maupun sampai tingkat ketrampilan. Penerapan kurikuler dan ekstra kurikuler mestinya seimbang. Tidak boleh dibuat berat sebelah. Sekolah yang mementingkan kegiatan penalaran ilmiah saja tidak cukup arif. Demikian pula kalau sekolah lebih cenderung hanya mengupayakan ketrampilan. Keduanya harus sejalan seiring.

Realitas yang terjadi, sekolah lebih banyak menangani kegiatan kurikuler yang sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.  Bangsa yang cerdas dimaknai pandai teori yang diajarkan di sekolah. Untuk menjadi adil, sekolah hanya mampu menambah jam pelajaran setelah jam pembelajaran usai. Beruntunglah bahwa kurikulum telah menampung kegiatan ekstra kurikuler yang ditempatkan lebih terhormat. Artinya bahwa ekstra kurikuler memiliki bobot yang sebanding dengan kurikuler.

Memang membicarakan ekstra kurikuler tak pernah tuntas, meski dipandang dari sudut proporsional waktu. Bila prestasi tak moncer, waktu dan sarana selalu menjadi alasan. Padahal ketrampilan sangat berbeda jauh dari penalaran ilmiah. Ketrampilan sangat membutuhkan kontinuitas. Siswa yang mampu mencapai puncak prestasi, selalu berawal dari kegiatan yang rutin.

Sekolah terkadang juga kurang peka terhadap perkembangan lingkungan. Ada kegiatan ekstra kurikuler yang sudah ketinggalan jaman, masih dipertahankan menjadi salah satu pilihan anak. Sementara banyak kegiatan yanh digandrungi anak muda, malah luput dari perhatian sekolah. Antara minat dan penyediaan kegiatan di sekolah tidak nyambung. Sekolah kuran respon dengan peminatan.

Beberapa tahun terakhir, ternyata aktifitas anak-anak semakin beragam. Melukis, membuat poster atau sejenisnya mungkin sudah naik tingkat bila dibandingkan dengan puluhan tahun yang lalu. Ketrampilan komputasi, semakin marak peminatnya. Berbagai ajang kompetisi juga sudah dipertandingkan. Saya akui bahwa sekolah yang telah siap dengan sarana komputasi lebih besar harapan untuk memperoleh predikat juara.

Pengaruh youtube sangat signifikan terhadap kreatifitas perkembangan audio visual. Dokumen yang bersifat video bisa di share di youtube atau sejenisnya. Semangat orang untuk berbagi atau mungkin bisa dikatakan pamer, antusiasnya luar biasa. Berbagai ajang kompetisi sangat terbantu dengan media sosial berbasis video.

Imbas dari media sosial inilah, banyak bermunculan kompetisi antar siswa dalam pembuatan film pendek. Sebagaimana lukisan, menulis cerpen, membuat komik, pembuatan film pendek memiliki arti yang sangat penting bagi kreatifitas siswa dalam pengenalan lingkungan. Kepedulian siswa dalam menganalisa perubahan sosial dapat terdokumen lewat video. Sekolah semestinya peduli terhadap siswa yang mampu mengembangkan ketrampilannya yang diujudkan dalam bentuk ekstra kurikuler.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline