"Ayah Ayah... aku mau baju itu..!!". Pinta Naufal sambil mengarahkan tangan mungilnya keluar kaca mobil, menunjuk deretan baju khas lebaran yang beraneka warna. Kesukaan anak-anak.
"Sama Ibu ya Nak....". tuturku sambil mengusap kepalanya. istriku tersenyum, tanda meng-iyakan.
Bocah berumur empat tahun yang duduk bersama ibunya itu bersorak ria "HOREEE HOREEE!!". Dinda segera membuka pintu mobil merah darah kesayanganku. Hingga akhirnya mereka berdua melangkah menuju toko baju "BAROKAH". Kios baju itu jaraknya hanya beberapa langkah dari kami.
Kulihat anak dan istriku memadukan bahasa tubuhnya, membuatku tersenyum sendiri. Beberapa saat kemudian, seseorang datang menghampiri mereka yang sibuk mengorek-orek baju. Lelaki berbaju muslim modis biru dongker itu seperti sudah familiar.
Badan yang tegap, raut wajah yang kalem. Ah, aku tertegun. Dengan melihat orang itu ditambah dengan baju koko seukuran Naufal yang ia perlihatkan pada istriku membuat memori yang terlampau 18 tahun itu kembali terbuka. Retrospeksi, menghayati kembali kebelakang. Aku tersenyum tipis. "Kang Maman".
# # # #
"BERDIRI!!!"
"Tttt... Tapi Kang"
"Berdiri!!". Bentak penjaga jama'ah sambil menarik-narik lengan bajuku. Aku mengelak.
"Tapi kang, saya....".