Lihat ke Halaman Asli

Affa 88

Freelancer, Social Activist, Nahdliyin

Keterpurukan Inter Milan, Kesalahan Manajemen dan Hilangnya "Preman" Klub

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Hasil buruk yang menimpa Inter di Liga Serie A Italia musim ini telah membuat para pendukung yang tersebar di seluruh penjuru dunia kecewa. Tidak hanya itu, jajaran pengurus pun demikian halnya. Pergantian pelatih di awal musim dari Gian Piero Gasperini ke Claudio Ranieri sepertinya belum mampu mengangkat Inter dari zona bawah klasemen sementara yang bahkan prestasi di pekan ke -13 pasca kekalahan dari Udinese di kandang sendiri hampir menyamai prestasi terburuk sepanjang sejarah seperti pada musim 1946. Mengemas 14 angka dari 12 pertandingan dan duduk di posisi ke 16 adalah cerminan bahwa Inter tidak terlihat lagi seperti setengah decade terakhir yang menguasai papan atas. Keperkasaan era Jose Mourinho yang meraih treble winner tahun 2010 seolah hilang tak berbekas.

Musim lalu yang juga hampir terpuruk setelah Rafael Benitez dipecat dan digantikan Leonardo pada posisi pelatih di pertengahan musim, membuat Inter bernafas lega setelah mampu meraih trofi Piala Italia dan duduk sebagai runner up Serie A di bawah AC Milan yang merebut tahta scudetto. Namun, mundurnya Leonardo dari posisinya, membuat berbagai keputusan tidak familiar dikeluarkan manajemen Inter dan akhirnya berimbas pada buruknya prestasi Inter hingga saat ini. Pemilihan Gian Piero Gasperini yang merupakan mantan pelatih Genoa yang dipecat ternyata gagal total. Penggantinya, Claudio Ranieri yang juga mantan pelatih AS Roma yang dipecat juga belum menampilkan hasil yang bagus. Ya, pemilihan bekas pelatih yang dipecat adalah satu kesalahan terbesar manajemen Inter.

Hector Raul Cuper dibilang cukup sukses mendidik Inter karena ia dibeli dari Valencia pada musim 2001. Roberto Mancini sukses di Inter karena ia dibeli dari SS Lazio yang sukses pada musim sebelumnya bersama Biancoceleste. Jose Mourinho sukses di Inter karena ia dikontrak Inter karena mengundurkan diri dari Chelsea (bukan pemecatan). Namun, setelahnya..

Rafael Benitez terbilang gagal meneruskan kesuksesan Mourinho karena ia dikontrak Inter dari setelah dipecat oleh Liverpool. Sedangkan Leonardo yang cukup sukses secara formal tidak dipecat oleh AC Milan yang digantikan posisinya oleh Massimiliano Allegri. Gian Piero Gasperini dan Claudio Ranieri sudah bukan rahasia lagi, kalau mereka berdua tidak atau belum mampu menjadikan Inter berada di papan atas.

Kesalahan besar lainnya adalah pergantian juru transfer Gabrielle Oriali dengan Marco Branca. Oriali yang menjadi dalang suksesnya Inter dengan mendatangkan Jose Mourinho, Zlatan Ibrahimovic, Samuel Eto’o, Diego Milito, Wesley Sneijder, Lucio dan Thiago Motta yang menjadi actor utama kesuksesan Inter. Sedangkan Branca, penjualan Samuel Eto’o, Davide Santon, Goran Pandev, Mc Donald Mariga adalah kesalahan besar. Pembelian Yuto Nagatomo, Jonathan, Mauro Zarate dan Diego Forlan bisa dilihat hasilnya hingga saat ini.

[caption id="attachment_146749" align="aligncenter" width="277" caption="Gabrielle Oriali, Juru Transfer Terbaik Interz"][/caption] Selain itu, dan ini yang paling utama, keputusan memutus kontrak motivator pinggir lapangan dan preman Inter Milan, Marco Materazzi adalah kekeliruan dari manajemen transfer Inter. Meskipun pemain nyentrik ini jarang bermain, namun kecintaan dan loyalitas terhadap Nerazzurri tidak diragukan lagi. Senior berkelas dan memiliki keberanian jika ada pihak-pihak yang mencela Inter adalah cirri khas dari pemain yang sukses mengatar Timnas Italia merengkuh gelar juara dunia di Piala Dunia Jerman 2006.

Materazzi adalah sosok yang fenomenal di Inter selain Javier Zanetti. Bergabung pada tahun 2003, mantan pemain Perugia ini kemudian mengakhiri kontrak dengan Inter awal musim ini. Kehilangan Materazzi jelas sebuah kehilangan besar di tubuh Inter, meskipun itu tidak dirasakan oleh manajemen, pelatih dan bahkan para suporter sendiri. Materazzi memiliki nilai plus disbanding rekan setimnya di Inter. Dan inilah yang kadang tidak disadari bahwa kehilangan Materazzi adalah sebuah bencana besar.

Kisah indah dan kontroversial Materazzi adalah pada dua musim lalu Materazzi pernah mengenakan topeng Silvio Berlusconi kala berpesta merayakan kemenangan kedua lagaDerbyMilan. Kemudian, setelah Inter merajai Eropa, Materazzi kembali berulah dengan mengenakan kaos yang bertuliskan"Rivolete anche questa?"yang berarti "Apakah Anda menginginkan ini juga?" dan sebuah gambar Piala Liga Champions yang menjadi backgroundnya. Diyakini jika tulisan pada kaos Materazzi merujuk pada Juventus yang meminta pencabutanScudettoInter tahun 2006 terkait skandalCalciopoli.

Bukan kehilangan Mourinho, Eto’o atau Leonardo yang membuat Inter jatuh sampai saat ini, akan tetapi Marco Matrix Materazzi.

Bersambung..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline