Lihat ke Halaman Asli

Affa 88

Freelancer, Social Activist, Nahdliyin

Majelis Rasulullah SAW, Majlis Keagamaan Pemuda Terbesar

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Aduuh, macet banget.. Ada apaan sih ni?". "Em, itu neng, di depan ada pangajian akbar. Biasa neng tiap malam selasa daerah sini macet"."Halaaah, pangajian apa mau demo pake bendera-bendera gitu. Ngaji kan bisa dirumah, kenapa musti ngerepotin yang lain gini. Hufffh.. Bikin emosi aja nih, mana mau meeting  lagi. Aduuuuuuh..."

Demikian sepenggal percapakan salah satu staf di sebuah perusahaan dengan sopir taksi yang akan menuju daerah Kalibata dari Tebet  dimana jalan yang mereka lalui termakan kemacetan di daerah Pancoran. Mungkin tidak hanya mereka yang harus merugi atas waktu yang terbuang di jalan karena puluhan kendaraan baik pribadi maupun umum berjejal untuk melewati jalan arah Pasar Minggu itu.

Dan jawaban dari Pak Sopir benar adanya. Kemacetan itu disebabkan oleh kuantitas kendaraan yang meningkat pesat karena hadirnya puluhan ribu jamaah Pengajian Akbar Majelis Rasulullah SAW yang diadakan setiap malam Selasa di Mesjid Al Munawwar, Pancoran. Meskipun mayoritas adalah pengendara sepeda motor, namun sempitnya jalan dan juga letak mesjid yang berada persis di tepi jalan raya membuat hiruk pikuk area yang juga pertigaan berlampu merah itu menjadi tersendat total.

Jutaan Jamaah dari Seluruh Indonesia

Para jamaah sangat mudah diketahui dan dikenali ketika mengendarai motornya, yakni dengan berjaket hitam berpita menyala bertuliskan Majelis Rasulullah. Memakai sarung, peci dan kadang-kadang tas hitam kecil berisi kitab-kitab Maulid. Selain itu bendera-bendera juga sering mereka kibarkan sembari jalan yang belambang majelis atau tulisan kalimat tauhid. Sebagian besar dari mereka adalah pemuda pemudi sehingga tidak jarang Majelis ini sering disebut majelis keagamaan pemuda terbesar di Indonesia karena jamaahnya mencapai penjuru tanah air. Majlis ini dipimpin oleh Al Habib Munzir Bin Fuad Al Musawa.

Nama "Majelis Rasulullah." dalam aktifitas dakwah ini berawal ketika Hb Munzir Almusawa lulus dari Study-nya di Darulmustafa pimpinan Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh Tarim Hadramaut, Yaman. Beliau kembali ke Jakarta dan memulai berdakwah pada tahun 1998 dengan mengajak orang bertobat dan mencintai nabi saw yang dengan itu ummat ini akan pula mencintai sunnahnya, dan menjadikan Rasul saw sebagai Idola.

Habib Munzir & Ust. M. Arifin Ilham (http://aziachmad.files.wordpress.com/2008/11/ustadz-arifin-ilham-bersama-habib-munzir-almusawa.jpg)

Habib Munzir mulai berdakwah siang dan malam dari rumah kerumah di Jakarta, ia tidur dimana saja dirumah-rumah masyarakat, bahkan pernah ia tertidur di teras rumah orang karena penghuni rumah sudah tidur dan ia tak mau membangunkan mereka di larut malam. Setelah berjalan kurang lebih enam bulan, Hb Munzir memulai membuka Majelis setiap malam selasa *(mengikuti jejak gurunya Al Habib Umar bin Hafidz yang membuka Majelis minggu-an setiap malam selasa), dan ia pun memimpin Ma'had Assa'adah, yang di wakafkan oleh Al Habib Umar bin Hud Alattas di Cipayung, setelah setahun, munzir tidak lagi meneruskan memimpin ma'had tersebut dan melanjutkan dakwahnya dengan menggalang majelis-majelis di seputar Jakarta.

Hb Munzir membuka majelis malam selasa dari rumah kerumah, mengajarkan Fiqh dasar, namun tampak ummat kurang bersemangat menerima bimbingannya, dan Hb munzir terus mencari sebab agar masyarakat ini asyik kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan mencintai sunnah sang Nabi saw, maka Hb Munzir merubah penyampaiannya, ia tidak lagi membahas permasalahan Fiqih dan kerumitannya, melainkan mewarnai bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari Hadits-hadits Rasul saw dan ayat Alqur'an dengan Amr Ma'ruf Nahi Munkar, dan lalu beliau memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa Sastra yang dipadu dengan kelembutan ilahi dan tafakkur penciptaan alam semesta, yang kesemuanya di arahkan agar masyarakat menjadikan Rasul saw sebagai idola, maka pengunjung semakin padat hingga ia memindahkan Majelis dari Musholla ke musholla, lalu Musholla pun tak mampu menampung hadirin yang semakin padat, maka Munzir memindahkan Majelisnya dari Masjid ke Masjid secara bergantian.

Habib Umar bersama menteri di dzikir akbar Monas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline