Beberapa teman, saudara, adik atau anak-anak kita saat ini tengah tegang menunggu pengumuman ujian nasional. Berharap lulus dari lubang jarum, berharap pula dapat melanjutkan pendidikan setelah lulus nanti. Salah satu fenomena yang membuat kita prihatin adalah gagalnya para siswa yang lulus tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Masalah klasiknya adalah karena biaya yang tinggi dan ingin buru-buru menafkahi hidupnya (bekerja). Nikah muda juga menjadi penghalang ketidakinginan lulusan sekolah menengah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Kita tidak seharusnya menghakimi mereka salah langkah karena tidak ingin melanjutkan sikap belajar dan mengolah otaknya. Pada hakikatnya belajar atau menuntut ilmu itu wajib hukumnya dan malaikat-malaikat pun ikut senang kepada orang yang menuntut ilmu. Kewajiban menuntut ilmu dapat dimaklumi karena dengan ilmu seorang muslim bisa beribadah dengan sah (benar) dan dengan ilmu pengetahuan pula manusia bisa berkarya dan berprestasi.
Ilmu yang dibutuhkan setiap saat khususnya dalam hal ibadah seperti salat, zakat, puasa dan haji. Begitu pula dalam hal muamalah seperti perdagangan berarti dapat mengetahui mana yang harus dilakukan mana yang tidak diperbolehkan menurut syariat.
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW telah bersabda: Tuntutlah ilmu walaupun di negeri China, sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi muslim, sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut (HR. Ibnu Abdil Bar).
Dalam menuntu itu tidak dibatasi oleh tempat, walaupun sampai ke negeri yang jauh (China) karena negeri China dimungkinkan pada saat itu peradabannya sudah maju. Menurut ilmu itu tidak mengenal batas usia (pendidikan seumur hidup) sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW yang menegaskan: "Tuntutkai ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat"
Ngomong-ngomong masalah belajar seumur hidup. Hal ini sering hanya menjadi semboyan. Meskipun belajar seumur hidup bisa menjadi filsafat hidup yang sangat ampuh. Senada dengan mereka yang tidak ingin melanjutkan sekolahnya yang beberapa menjelaskan alasan logis (biaya, kurang mampu, menikah muda) ataupun yang menerangkan alasan tak logis (malas, pingin cepet-cepet nyari uang) jelas bahwa implikasi belajar seumur hidup hanyalah wacana yang hanya menjadi wacana. Lebih lagi jika sudah usia lanjut, praktis tidak ada yang berpikir ke arah sana (menuntut ilmu).
Ada sebuah kisah di dataran China tepatnya di kota Jinan, Propinsi Shandong. Seorang nenek berusia 102 tahun bertekad menuntut ilmunya dengan menjadi murid salah satu SD di daerah setempat. Dialah sosok Ma Xiuxian, yang tidak berlebihan jika sebut dia adalah murid SD tertua di dunia. Luar biasa, di usia yang tidak semua orang bisa capai tersebut masih ada motivasi dan keinginan untuk bisa belajar selayaknya seorang anak kecil.
http://i684.photobucket.com/albums/vv210/mesinkasir/1575866.jpg
Bila kita melihat betapa semangatnya sang nenek Ma untuk menghabiskan sisa usianya yang sudah sangat senja dan hanya tersisa dalam hitungan hari demi hari tersebut tidakkah membuat mata hati kita tergerak untuk lebih bersemangat untuk menuntut ilmu sampai kapanpun dan dalam kondisi seperti apapun.
Cerita Sang nenek Ma yang berusia 102 tahun ini cukup bisa menginspirasikan pada kita betapa sangat berharganya ilmu bahkan di sisa hidup yang sudah senjapun.