Ini adalah latar belakang mengapa saya bisa punya pengalaman pergi Ke Bukit Teletubies di Distrik Kebar. (Bukit Teletubbies yang Teduh dan Sepi di Kebar, Papua Barat). Penyebabnya adalah saya mendengar Bos dan senior-senior di kantor saya yang menceritakan pengalaman mereka bertamsya ke Kebar. Dimana mereka menceritakan dengan sangat heboh dan saling menertawakan kejadian-kejadian selama perjalanan mereka ke Kebar.
Singkat cerita saat itu sedang musim-musimnya punya motor trabas. Bos saya Pak Garenk punya motor trabas juga, tapi belinya agak mahalan lah, jadi disebutnya Motor Trail dengan no spesial "G". Karena kasihan melihat motornya masih ngangur dan sering digosipin dengan pemilik motor trabas yang lain sebagai motor rumahan, maka bos saya mengajak senior-senior saya yang punya motor trabas untuk adventure ke daerah yang menantang untuk ngasih kerjaan ke motornya.
Dipilihlah waktu weekend, sabtu minggu untuk bertamasya ke lembah kebar, dimana dari informasi yang di dapat disana terdapat Bukit Teletubies, air terjun dan sumber air panas. Ada 5 orang yang siap untuk memulai petualangan ke Lembah Kebar, plus aspri bos.
Mereka berangkat mengunakan 2 Motor Trail, (nama motornya "G" dan "Punisher") dan mobilnya Bos namanya "Triton" yang di piloti oleh Mas Kaconk. Selama perjalan ke lembah Kebar, 2 motor melaju kencang di ikuti oleh mobil Triton di belakangnya.
Berangkat di pagi hari, selama perjalanan...."Alur cerita perjalanan di skip"...., karena akan sama dengan cerita saya tentang perjalanan ke Distrik Kebar... siang harinya tiba di Lembah kebar yang datar yang di apit oleh pegunungan di kanan kirinya dan menuju ke Pos Militer di kebar untuk melaporkan diri dan meminta sumbangan Kayu bakar untuk bakar-bakar saat menginap di bukit Teletubies.
Karena hari masih sudah mendekati sore, rombongan menuju kebukit teletubies untuk melihat pemandangan papua yang ternyata sangat Indah dan takjub. (Anggota Tim tamasya ini ternyata sebagian besar baru pindah dari pulau Jawa jadi kaget melihat pemandangan Lembah Kebar).
Setelah puas melihat pemandangan, tim bergerak ke sumber air panas untuk bebersih badan dan melemaskan otot-otot selama perjalanan. Mereka ternyata mereka kaget lagi, ternyata di Lembah kebar ada sumber air panasnya, kebetulan cuaca sedang dingin dan sangat pas untuk mandi di kolam air panas.
Lelahnya perjalanan panjang dan sulit terbayarkan dengan mandi air panas yang menyegarkan. Badan bersih dan segar, lanjut kembali ke atas bukit untuk menjalankan rencana selanjutnya makan malam, bakar-bakar kayu untuk mencari kehangatan dan menghabiskan waktu malam dengan berdendang di iringi oleh permainan gitar yang di mainkan oleh bos, dulu katanya waktu SMA pernah ngamen di Jakarta.
Setelah lelah bernyanyi dan daftar lagu yang di nyanyikan telah habis dan saatnya istirahat di atas rumput kebar, mereka akhirnya menuju ke tenda masing-masing dimana mendirikan 2 tenda dan ada pula yang tidur di mobil karena tenda tidak cukup sheetnya.
Malam yang gelap menjadi tambah gelap dengan adanya kabut yang tebal. Dari cerita mereka yang tidak bisa tidur nyenyak, sekitar tengah malam menjelang dini hari ada yang mendengar suara ribut-ribut menyerupai suara babi hutan yang mengendus-endus bekas bakaran dan sisa-sisa makan malam. Namun karena malas atau takut, lebih baik melanjutkan merajut mimpi yang tidak bisa terajut karena masih gelisah menahan dingin.
Pagi harinya, tanah di bukit sangat basah seperti baru disiram dan tenda basah karena terkena hujan embun yang deras di malam hari. Dan mendapat kejutan dari tamu tak diundang tadi malam, wajan diobrak abrik oleh babi hutan, sambil mencoba membakar kayu untuk merebus air untuk membuat kopi hitam.