Lihat ke Halaman Asli

Afdalul Husni

Mahasiswa Kedokteran Universitas Andalas

Kegiatan Edukasi hate speech melalui MKWK Kewarganeraan FK UNAND

Diperbarui: 29 Juni 2024   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mahasiswa FK UNAND adakan edukasi ujaran kebencian melalui mata kuliah wajib Kewarganegaraan

Mahasiswa Kelompok 5 MKWK Kewarganegaraan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas mengadakan kegiatan edukasi mengenai ujaran kebencian melalui proyek SHIELD (Social Media Hate-Speech Education and Intervention).

Padang, 18 Juni 2024 — Sejumlah mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (UNAND) menyelenggarakan kegiatan edukasi mengenai ujaran kebencian melalui proyek SHIELD (Social Media Hate-Speech Education and Intervention). Acara yang berlangsung pada Selasa (18/6) ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif ujaran kebencian dan pentingnya etika dalam berkomunikasi baik secara online ataupun offline.

Kegiatan yang digelar di platform zoom meeting ini dihadiri oleh 23 peserta, termasuk mahasiswa FK Unand ini sendiri. Anggota kelompok yang terdiri dari Afdalul Husni, Fitri Mutmainnah, Rafiqah Azzahra, dan Siti Alisya Maharani Arisanto bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman peserta tentang bahaya ujaran kebencian di media sosial.

"Sosialisasi ini adalah upaya kami untuk membantu masyarakat memahami apa itu ujaran kebencian, bagaimana mengenalinya, dan bagaimana melaporkannya. Kami ingin semua orang sadar bahwa apa yang mereka tulis dan bagikan di media sosial memiliki konsekuensi nyata," kata Afdal.

Acara ini menampilkan beberapa sesi utama, termasuk pembukaan, pretest, materi training, posttest, dokumentasi dan penutupan. Salah satu pembicara, Afdalul Husni, menyoroti aspek hukum dari ujaran kebencian dan implikasinya terhadap kehidupan bermasyarakat. "Ujaran kebencian tidak hanya berdampak pada korban, tetapi juga bisa memicu konflik sosial yang lebih luas. Penting untuk memahami batas antara kritik dan kebencian," ujarnya.

Selain itu, dengan dilakukannya pretest dan posttest menunjukkan evaluasi yang bagus dari pemahaman para peserta mengenai ujaran kebencian. Hasilnya menunjukkan peningkatan pengetahuan sebesar 66%, menandakan bahwa materi yang disampaikan efektif dalam meningkatkan wawasan peserta.

Salah seorang peserta, Camelia Asih (20), mengapresiasi kegiatan ini dan menyatakan bahwa ia menjadi lebih paham tentang ujaran kebencian. "Sering kali kita tidak sadar kalau apa yang kita tulis bisa menyinggung atau menyakiti orang lain. Saya jadi lebih hati-hati sekarang," ungkap Asih.

Di akhir acara, panitia membagikan materi singkat tentang cara melawan ujaran kebencian dan menjaga etika berkomunikasi di media sosial. Mereka juga mengajak peserta untuk menjadi agen perubahan di lingkungan mereka masing-masing dengan meneruskan pengetahuan yang telah diperoleh selama sosialisasi.

Dengan semakin meningkatnya kasus ujaran kebencian, diharapkan kegiatan sosialisasi semacam ini dapat membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan harmonis. Mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan terus berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesopanan dan toleransi dalam berkomunikasi, baik secara langsung maupun di dunia maya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline