Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Rhoma Irama Mengatrol Suara PKB?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu Legislatif 2014 menyisakan tanda tanya. Bagi sebagian orang naiknya suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan fenomena tersendiri. Bagaimana tidak, raihan partai kaum Nahdliyin itu naik hampir dua kali lipat jika dibandingkan Pemilu Legislatif lima tahun lalu. Pada tahun 2009, PKB meraih sekitar 4,95% suara. Dan kini berdasarkan hasil hitung cepat Kompas, partai yang didirikan oleh mantan presiden Abdurrahman Wahid itu memperoleh 9,17%. Artinya ada penambahan sekitar 85% suara yang berhasil didulang partai ini dari partai-partai lain.

Menurut Ketua Umum-nya Muhaimin Iskandar, keberhasilan partai ini masuk ke dalam lima besar ialah berkat dicapreskannya Rhoma Irama. Politisi yang akrab disapa Cak Imin mengakui, partai berbasis massa Nahdlatul Ulama (NU) itu memperoleh suara tambahan dari wilayah-wilayah baru yang menggandrungi karya raja dangdut itu. Kalau benar apa yang dikatakan Cak Imin bahwa faktor naiknya suara PKB karena Rhoma Irama, mari kita lihat data yang disajikan oleh Litbang Kompas berikut ini. Berdasarkan data yang dirilis pada hari Kamis, 10 April 2014, dinyatakan bahwa 80,6% suara PKB diraup dari penduduk Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Timur yang merupakan basis tradisional NU. Hanya 19,4% suara PKB yang diperoleh dari luar Jawa. Melihat data ini apakah valid jika dikatakan Rhoma mendongkrak suara PKB. Mengingat pecinta lagu Rhoma juga banyak yang berdomisili di luar Jawa. Masih dari data Kompas, sekitar 90,6% pemilih PKB berasal dari kalangan NU, 7,9% dari umat Islam yang tidak terafiliasi dengan NU, dan 1,5% dari non-muslim. Dari angka ini masihkah kita percaya kalau Rhoma menjadi faktor kebangkitan PKB? Saya agak meragukannya.

Perlu kita lihat kembali. Pada tahun 1999 perolehan suara PKB mencapai 12,6%. Kala itu PKB yang berada di urutan ketiga berhasil mendudukkan Gus Dur sebagai presiden. Pada tahun 2004, meski suaranya turun menjadi 10,57%, namun angka itu masih di atas perolehan pemilu legislatif tahun ini. Artinya apa, jika kita merujuk dari data tersebut, maka kita bisa beroleh kesimpulan bahwa tahun ini kaum Nahdliyin "pulang kampung", kembali ke rumah besarnya : Partai Kebangkitan Bangsa. Jadi korelasi antara kenaikan suara PKB dengan dicapreskannya Rhoma Irama sangatlah kecil. Terlebih elektabilitas "satria bergitar" dikalangan masyarakat pedesaan (yang merupakan basis massa PKB) sangatlah rendah. Hal ini didasarkan pada survei Charta Politika pada tanggal 1-8 Maret 2014, yang menyatakan bahwa Rhoma Irama merupakan capres paling tidak disukai diantara 26 capres yang disodorkan namanya.

Menurut pengamatan saya, ada beberapa faktor yang menyebabkan suara PKB hampir menyamai capaian mereka 10 tahun lalu. Pertama, sedikitnya isu korupsi yang menerpa para politisi PKB sepanjang periode 2009-2014. Isu korupsi yang menjerat PKS, sedikit banyaknya “memberi berkah” bagi partai ini. Sebab suara kaum Nahdliyin yang lima tahun lalu memilih partai tersebut, tahun ini kembali beralih ke PKB. Kedua adalah turunnya pamor Partai Demokrat, yang tahun lalu berhasil mencuri hati pemilih NU. Berdasarkan data Kompas, ada sekitar 8,6% pemilih Demokrat pada Pileg 2009 yang pindah ke partai ini. Boleh jadi kempisnya suara Partai Demokrat di Jawa Timur kali ini, dikarenakan bermigrasinya pemilih-pemilih NU ke PKB. Faktor ketiga ialah adanya kebulatan tekad dari sebagian besar ulama NU untuk memenangkan PKB pada Pemilu Legislatif kali ini. Faktor inilah yang menurut saya menjadi unsur terpenting kebangkitan PKB pada pemilu tahun ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline