Lihat ke Halaman Asli

Weni Adityasning Arindawati

Universitas Singaperbangsa Karawang

Buyar Semua...perutku

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MAKANAN. Kebutuhan jasmani ini seringkali menjadi favorit bahkan hobi sebagian besar orang di dunia ini. Hampir setiap hari tubuh kita bereaksi terhadap asupan-asupan segala makanan. Lambung memiliki sistem peringatan dini yang cukup sensitif. Karena lambung sering kali mengeluarkan suara khas yang menandakan ruang di dalamnya kosong. Saking sensitifnya, orang juga mudah terkena penyakit seperti maag yang disebabkan oleh tingginya produksi asam lambung, akibat tidak terkontrolnya pola makan kita. Namun di saat lambung sudah terdesak oleh makanan/minuman dan tidak mampu lagi menampung, secara eksplosif ia akan mengeluarkannya dari tenggorokan kita. Buyar semuanya....rasanya pun sudah bercampur enzim; menjadi asam, pahit...lagipula bentuknya sudah seperti bubur...(tergantung lamanya dicerna).

Pada kenyataannya terkadang sulit juga untuk menghindari keinginan menikmati makanan-makanan lezat yang biasa terpampang di pinggir-pinggir jalan. Ya, inilah yang membuat hasrat kita untuk makan tersugesti oleh gambar dan bentuk atau warna yang memikat.

Karakter makanan yang kita santap agak sulit ditangkap oleh penikmatnya. Hal ini yang akan membagi beberapa kategori makanan, seperti makanan tradisional atau junk-food/fastfood.  Kandungan gizi yang seimbang seperti karbohidrat, serat, mineral, gula, garam, protein, lemak dll tidak selalu diberitahukan kepada penikmat.

Tetapi yang saya sorot di sini adalah makanan fastfood yang sudah menyebar di Indonesia dengan gencarnya iklan-iklan yang beredar. Pemerintah pun dengan mudah memberikan izin pendirian bisnis makanan cepat saji ini. Label "Halal" nampaknya sudah tidak menjamin lagi, sebab pada dasarnya makanan yang baik dikonsumsi itu bukan karena di dalamnya tidak terdapat zat yang berbahaya/haram. Justru lebih dari itu, makanan yang justru tidak seimbang gizinya dan tidak layak dimakan bagi anak-anak (sebab dalam masa pertumbuhan, gizi paling utama) sebaiknya berada dalam pengawasan dan kontrol kuat dan tegas.

Tentu saja tulisan ini tidak hanya ditujukan bagi pemerintah saja, yang lebih efektif adalah bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang sumber dan informasi mengenai gizi makanan yang ditelan mulut kita dan dicerna oleh tubuh perlu disesuaikan dengan kebutuhan per harinya. Artinya pengetahuan mengenai hal ini sudah sepatutnya diketahui banyak orang terutama konsumen. Sedangkan terbuka akses informasi yang sedemikian cepat, orang bisa lebih berhati-hati mengkonsumsi makanan ini.  Namun, masih saja di sekitar kita banyak yang dibutakan oleh citra-citra atau imej yang ditampilkan oleh korporasi besar perusahaan multinasional yang bergerak di bidang makanan cepat saji, seperti McDonald, KFC, Wendy's, Burger King, Pizza Hut dll.

Selanjutnya, saya hanya bisa menyarakan sedikit cuplikan dari film dokumenter karya Morgan Spurlock yang diproduksi 2004. Silahkan diakses melalui http://www.youtube.com/watch?v=V168xofxgu0

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline