Hayo siapa yang suka minum susu? Kalau tanya saya pasti suka banget lah ya hehehe.
Tapi buat kamu nih yang doyan banget sama susu, pernah kepikiran nggak kenapa ya susu bisa bertahan lama atau memiliki umur simpan yang lama.
Kemudian pernah kepikiran nggak nih sama semua makanan yang ada di dunia ini, kenapa bisa bertahan lama ataupun dapat diproses menjadi sedemikan rupa. Ternyata trik-nya cuma satu, yaitu TEKNOLOGI PANGAN.
Apa hubungannya susu sama teknologi pangan? Ada dong! Memang ada hubungannya antara susu dan awalnya teknologi pangan. Jadi berawal dari susu yang cepat rusak akibat fermentasi karena disimpan terlalu lama. Orang-orang jadi harus mengonsumsi susu secara cepat.
Apalagi di zaman dahulu belum ada yang namanya kulkas. Alhasil bisa dibayangkan ya bagaimana banyak susu yang terbuang sia-sia karena cepat terefementasi akibat mikroba.
Lalu seorang ilmuwan bernama Louis Pasteur mencoba untuk mencegahnya dengan meneliti mikroba yang menyebabkan fermentasi tersebut. Dari hasil peneliitiannya, beliau menyimpulkan untuk mematikan mikroba tersebut namun bagaimana caranya. Cara yang ia coba adalah memanaskan susu pada susuh dan waktu tertentu.
Percobaan dimulai dan menhasilkan kesimpulan berupa susu yang dipanaskan dapat memperpanjang umur simpan. Hanya dengan percobaan sederhana inilah, teknolog pangan mulai hadir di kehidupan kita.
Lalu teknik yang dilakukan oleh Pasteur ini memiliki nama berupa PASTEURISASI dan sampai saat ini masih dipraktekkan pada industry diary milk.
Bayangkan saja, hanya dengan teknik memanaskan susu saja dapat memperpanjang umur simpan susu. Apalagi jika banyak ditemukan teknik-teknik lainnya. Alhasil pangan akan tetap terus bertahan hingga akhir zaman (sepertinya). Dan inilah yang dinamakan TEKNOLOGI PANGAN
Namun fakta uniknya lagi dari teknologi pangan sebenarnya atau awal mulanya dilakukan oleh orang yang bernama Nicolas Appert karena berhasil mengalengkan sebuah produk pangan. Namun karena tidak menerapkan keamanan pangan, maka teknologi tersebut tidak termasuk awal dari teknologi pangan.