Dewasa ini bahasa gaul semarik marak terutama dikalangan anak muda ibu kota. Selaku salah satu perantau di Ibu kota yang membawa identitas sebagai penutur bahasa jawa berdialek ngapak acapkali merasa terasingkan. Belum lagi guyonan yang sering dilontarkan kawan -- kawan sejawat manakali mengetahui latar belakang sebagai penutur bahasa jawa berdialek ngapak. Guyonan khas mereka salah satunya adalah berbicara dengan dialek ngapak yang dilebih -- lebihkan. Diawal semua terasa menyebalkan tetapi ketika ditelusuri ternyata sebagian besar dari mereka justru tertarik bahkan ingin mempelajari bahasa jawa.
Sebagai penutur bahasa Jawa asli tentu ini menjadi salah satu cara untuk melestarikan serta memperkenalkan bahasa Jawa khususnya dialek ngapak kepada masyarakat luas terlebih dikalangan anak muda. Akhir -- akhir ini pun marak sekali lagu -- lagu dengan bernuansa bahasa Jawa yang meledak di pasaran. Nada yang menghanyutkan pendengarnya tidak jarang mengundang rasa penasaran bagi pendengarnya untuk tahu apa maksud dibalik lirik bahasa Jawa yang mereka tidak tahu sama sekali. Banyak pula kawan sejawat yang lantas menanyai apa makna dari lirik -- lirik lagu tersebut hingga berujung keteratrikan untuk belajar setidaknya dasar dari penggunaan bahasa Jawa.
Disisi lain hal ini juga menjadi tamparan bagi kami selaku penutur asli bahasa Jawa berdialek ngapak yang pernah atau bahkan masih sampai saat ini merasa tidak bangga dengan bahasa dan dialek yang kamu punya. Untuk itu ada beberapa upaya yang sudah coba saya lakukan untuk tetap mempertahankan bahasa Jawa khususnya bagi penutur dialek ngapak diantarnya tetap menggunakan bahasa Jawa berdialek ngapak ketika berkumpul dengan orang yang berlatar belakang sama walaupun tidak sedang di tanah jawa, selanjutnya menggunakan sosial media sebagai perwujudan identitas contohnya tidak perlu malu menggunakan caption bahasa Jawa di sosial media, lalu manfaatkan kesempatan ketika ada kawan yang tertarik dan penasaran dengan bahasa Jawa sebagai upaya mengenalkan dan melestarikan bahasa jawa itu sendiri.
Penulis : Windi Yulian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H