Lihat ke Halaman Asli

Aqiella Fadia Rizqi

Imperfect Zero Waste Fighter

Dibalik 'The Power of Kepepet'

Diperbarui: 4 Januari 2017   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(lh3.gght.com)

Banyak orang sepakat jika “suatu pekerjaan harus dikerjakan dengan matang-matang, sehingga pengerjaan jauh-jauh hari dapat memberi hasil yang memuaskan dan maksimal”. Sebaliknya, tidak sedikit pula yang menilai mengerjakan sesuatu di ambang akhir (dateline)adalah hal yang mengasyikkan sekaligus menantang.

Malahan banyak orang yang mengaku jika mengerjakan tugas -yang batas akhirnya seminggu misal, dan ia mengerjakan 4 atau 5 hari sebelumnya, ia cenderung malas-malasan dan setengah-setengah “tugas bikin esai minimal 15 halaman, ini udah dapet 9 halaman, lanjut besok ah” ternyata besoknya ada agenda sehingga tertunda lusa, ternyata lusa udah lupa. Inget-inget tugasnya H-1 dikumpulin (H-1 jam maksudnya). Sedangkan apa yang ia tuliskan beberapa hari yang lalu itu muncul dengan sendirinya dan sekarang mau dilanjut jadi gak nyambung. 

Sehingga hanya ada tiga kemungkinan besar, yaitu ‘tetap melanjutkan dan mengumpulkan hasil beberapa hari lalu + H-1 jam’ dan ‘ngumpulin apa adanya, nilai seikhlas dosennya (udah buntu)’ atau yang terakhir ‘gausah kumpulin. Udah pesimis dari awal (ngerasa hasilnya gak mutu)’. Sehingga menjadi dateliner adalah hal yang paling cocok untuknya. Tugas yang belum diapa-apain, dalam sekejap dapat terselesaikan dengan bantuan kreatifitas. (baca juga : Hargai Diri Lahirkan Kreatifitas)

ziliun.com

Namun... alangkah indahnya jika ‘kepepet’ disini tidak di salah artikan dan selanjutnya disalahkan karena hasil yang tidak memuaskan.

Kepepet adalah kondisi yang sebenarnya bisa lo ciptakan setiap hari.
Kepepet adalah mindset yang lo bentuk di diri lo sendiri.
Ziliun.com

Jaya Setiabudi, seorang pengusaha yang juga menuliskan buku berjudul ‘The Power of Kepepet’ dan jadi best seller, beliau percaya kalau seseorang akan termotivasi melalui 2 hal, iming-iming impian atau kondisi kepepet. Tapi setelah ditelusuri, beliau menemukan bahwa kebanyakan manusia itu mayoritas termotivasi karena kepepet. Kondisi kepepet membuat seseorang tidak punya pilihan selain mencari jalan keluar.

store.yukbisnis.com

Namun, kita tak perlu sampai mengalami kondisi kepepet sebenarnya, tapi bisa menciptakan kondisi seolah-olah dalam keadaaan kepepet. Dengan begitu, seseorang akan terpacu untuk tergerak untuk maju.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline