Lihat ke Halaman Asli

Asiknya Mata Minus 9 Bisa Hilang Serasa Miliki Mata Baru

Diperbarui: 4 April 2017   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata sehat merupakan dambaan bagi setiap minuser. Kasus penyakit minus ini memang sudah mewabah pada kalangan anak kecil sejak era Orde Baru berakhir hehe. Kenapa? Semenjak ane memakai kacamata 15 tahun silam, hanya sedikit sekali anak-anak kecil yang memakai kacamata bahkan ketika ane masuk SMP pun anak yang berkacamata bisa dihitung dengan jari. Nah sekarang? Sudah bejibun tuh anak-anak bermata empat. Makanya bagi orang tua atau bagi yang bermata sehat, jaga tuh mata jangan sampe kena penyakit minus yang bakalan susah jika sudah kena, bak virus yang tak bisa diobati selain  dibuang jauh-jauh sampe hilang bener-bener sampe ke akar akarnya, kalau enggak ente-ente akan divonis sebagai “sang glasses abadi”.

Sebagai pengidap penyakit minus sejak lahir ke dunia fana ini, ane tidak terlalu bersedih. Setidaknya dengan kacamata tipis tidak terlalu banyak mengganggu hingga akhirnya ane merasa terganggu ketika kegiatan-kegiatan di SMA. Tahun 2005/2006 itulah ane baru mengenal internet dan ane mencoba untuk menguak tabir “rahasia mengobati penyakit minus”. Tapi yang sering ane dapatkan hanyalah pengobatan alternatif yang tak jelas juntrungnya. Sesekali ane teringat jaman jahiliah ane yang dengan rela hati ijin sekolah SD kelas 4 hanya untuk berobat di pengobatan alternatif yang membuat ane seakan “dibodohi”. Bagaimana tidak? Gak akan ada sejarahnya penyakit minus kok ujung-ujungnya serabut benang yang ruwet yang ada di dalam mata. Sang alternatif bilang saraf mata ane sudah ruwet dan pandangan ane kabur tak karuan. Hmm... ane masih maklum pada tahapan itu karena ane masih buta informasi ketika jaman kanak-kanak.

Berinjak masuk SMP, awal Milenium ini ane masih kepikiran gimana sih bisa hilangin minus ini? Ane tetap yakin bahwa Tuhan ane memberikan penyakit pasti ada obatnya atau ada cara untuk menghilangkan penyakit itu, kecuali AIDS yang sudah merupakan ganjaran setimpal bagi pelakunya, namun wallohua’lam deh. Waktu SMP itu ane baru menyadari ternyata kasus miopi itu terjadi seperti itu. Akomodasi mata yang sering menguat menyebabkan mata minus. Jalan keluar yang ane pikir waktu itu ya harus ditipiskan tuh kornea atau lensa matanya, diiris entah pake golok atau pisau hihi. Tapi pada waktu itu menurut ane mustahil ada teknologi bedah mata secanggih itu. Harapan ane pun pupus dan mengubur jauh-jauh mimpi ane untuk lepas kacamata. Pada tahap SMP akhirnya ane fokuskan untuk belajar dan alhamdulilah sejak smp ane sudah bisa menyambangi kampus-kampus bagus di Jateng seperti UNDIP, UNES atau UKSW dikarenakan ane sedikit terlibat dalam ajang kompetisi lomba antarsiswa SMP se-Jateng walau selalu berakhir tragis alias gak pernah melampaui 4 besar.

Masuk ke jenjang SMA, ketika ane datang dalam sebuah diskusi ringan yang mendatangkan orang-orang kepolisian di sekolah ane. Ane tersemangati untuk menjadi bagian dari salah satu aparat keamanan negeri ini. Namun keinginan ane yang membuncah tadi kandas dengan peringatan bahwa sang angkatan itu tidak boleh memakai kacamata, harus bagus fisiknya terutama tidak berminus. Kontan saja ane lesu dan pupus sudah harapan untuk masuk BIN, AKPOL atau bidang kemiliteran, ane lalu fokus pada bidang lain seperti matematika atau fisika yang akhirnya pada waktu SMA ane pernah ikut ambil bagian dalam ajang olimpiade fisika tingkat kabupaten.

Pada waktu akan masuk kuliah ane sempat kaget jika mau masuk keteknikan, ane harus tidak buta warna. Waw jangan jangan ane minus + buta warna? Naudzubillah. Akhirnya ane cek ke puskesmas di pinggiran sawah dan hasilnya bagus, ane tak berbuta warna. Alhamdulilah. Sebelum ane kuliah, ane sering pusing. Ada sebagian yang mengatakan mata ane bermasalah. Keinginan ane untuk tak berkacamata pun kembali bangkit. Ane cari lagi situs yang menawarkan pengobatan resmi tak berkacamata. Waah ane dapet info bagus bahwa ada salah satu operasi minus yang ada di Semarang. Namun ane tak berani melakukannya. Kenapa? Karena untuk pengobatannya mungkin ane harus jual rumah atau kerja selama 2 tahun full dengan gaji UMR semarang tahun 2012 yang rate-nya selama 2 tahun itu di atas 18 juta. Uang dari mane jaman SMA bisa dapet uang segede itu? Mau jual kebun gak ada, mau gadai rumah emang rumah milik siapa itu? Lagi-lagi kandas tapi ane masih menunggu kesempatan baik untuk tidak berkacamata. Lagi pula ndak ada banyak waktu untuk istirahat jika jadi operasi, maklum tuntutan pendidikan.

Prahara Lasik

Orde 1

Sebenarnya, ketika mau lulus SMA itulah ane mau sekali lasik. Selain bisa melepas kacamata ane masih berpikiran akan daftar angkatan. Waktu itu ane sih belum memikirkan apa-apa yang terjadi jika dilasik. Maklum masih minim informasi. Jadi ane putuskan saja untuk melanjutkan studi normal alias pake kacamata boleh dan sejenak melupakan lasik. UGM akhirnya menjadi penentu nasib ane untuk studi dan pada masa studi itu keinginan untuk lasik sedikit menurun, hanya sesekali ingat dan melupakannya lagi.

Orde 2

Kuliah pun akhirnya ane masuk pada tahapan akhir, semester 9 dan meleset satu semester dikarenakan ane pindah topik skripsi dari perminyakan ke pertambangan. Maklum skripsi perminyakan jauh lebih lama dari pertambangan. Skripsi perminyakan yang sudah ane geluti selama 4 bulan berakhir tragis dan ane ganti topik dan dosen dan mengulang dari awal, akhirnya ane skripsi di PT. Antam dan dalam waktu 2 bulan pencarian data, 2 minggu membuat laporan dan genap 3 bulan lunas semua urusan skripsi tanpa ada halangan yang cukup berarti, selain belajar software rockworks yang mengharuskan ane sering sering silaturahmi ke Vulkanolog Jogja untuk sharing software.

Lanjut ke cerita sejarah lasik. Dalam masa skripsi ane, ane iseng mendaftar pada sebuah perusahaan kontraktor terkemuka, Pamapersada. Tes demi tes ane jalanin seiring dengan penyelesaian skripsi. Setelah 2 bulan menjalani tes, berbarengan juga dengan selesainya skripsi ane, tanggal 18 januari , 12 hari setelah ane dinyatakan lulus secara informal oleh pihak penguji, Dr.Wahyudi dan pak Aji, itulah ane mendapatkan telepon bahwa ane harus tes kesehatan di prodia untuk bergabung pada perusahaan tersebut. Jujur ane sangat bersukur sekali waktu itu, karena ane sudah berprinsip sebelum wisuda sudah dapat kerja. Nah inilah dia harapan sudah di depan mata, teman teman ane juga sudah yakin februari 2012 ane sudah angkat kaki dari jogja dan melancong ke Borneo. Tapi apa yang terjadi? 2 minggu ane menanti masa masa galau itu dan berhasil diluar dugaan, ane dinyatakan tidak memenuhi standart kesehatan perusahaan. Shock. Ane harus mengubur impian itu jauh jauh dan merenung cukup lama. Apa sih yang membuat gagal? Selidik punya selidik setelah pernah interview dengan Kabag perusahaan tersebut, kondisi mata yang menjadi pertimbangan. Maka lasik harus segera dilaksanakan dalam waktu dekat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline