Lihat ke Halaman Asli

Jualan, Siapa Takut!

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya terhubung kembali dengan seorang teman esde yang sudah lebih dari seperempat abad ngga ketemu. Bahkan saya semfet loading lama mengingat-ingat profilnya jaman esde dulu. Cerita-cerita lah kita, lepas esde lanjut ke SMP mana, SMA mana, kuliah dimana, lulus lanjut kemana. Waktu cerita saya sampai di, "...dan gw nyambil dagang apaaa aja yg gw suka.." saya ngga nyangka komentarnya, "waah klo gw sih nggak bisa dagang Fi... bingung mulai dari mana... udh pesimis duluan.. ngga bakat keknya... lagian klo sekarang baru mulai, udh ketuaan Fi..."

Bisa karena Bakat?


Uduuuh dagang mah bakat alami setiap manusia sejak lahir. Dulu waktu kita masih bayi, blom bisa ngomong, klo kita laper atau haus atau minta ganti popok yg basah, kita pasti menangis. Mungkin awalnya merengek, tapi saat ibu kita cuek, kita mulai berinovasi, dan tangisan kita semakin keras. Menangis itu juga 'jualan' loh.


Setelah lulus kuliah, lalu melamar pekerjaan dari perusahaan ke perusahaan, melalui psikotes dan wawancara, saat itu kita juga sedang 'menjual' diri, mengaku bisa ini bisa itu, punya ijasah ini dan sertifikat itu, dengan harapan perusahaan tersebut mau membeli waktu, tenaga, pikiran dan ketrampilan kita dengan bayaran gaji yang pantas.


Juga saat ada promosi jabatan dan kenaikan gaji, perusahaan melakukan asesmen kinerja kamu selama setahun, sebelum memutuskan apakah kamu pantas naik pangkat dan terima bonus lebih, kamu harus membuktikan bahwa kamulah orang yang bisa diandalkan di posisi tersebut. Kamu harus 'jualan' ide kepada bos-bos-mu.


Begitu juga saat kamu mau menikah dengan seseorang. Kamu 'jualan' imej, citra diri, kepada calon pasanganmu, calon mertuamu dan calon iparmu. Ketika anak-anakmu remaja, kamu harus mengarahkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang positif, kamu harus 'menjual' ide sampai anak-anakmu 'membeli' visi kesuksesan dunia akherat. Jualan, menurut hemat saya itu jauh lebih gampang, dari pada mendidik anak.


Muhammad Saw itu pernah hidup sangat kaya raya, dari perdagangan. Sejak muda beliau telah diajak pamannya berdagang lintas benua. Pengalaman berbisnis ini turut mempengaruhi kesuksesan beliau sebagai pemimpin, baik dalam keluarga, maupun sebagai pemimpin negara. Jadi, berbisnis itu juga artinya menjalankan salah satu sunnah Nabi Saw.


Saya sendiri sukaaa banget dagang, krn saya bisa bersosialisasi dengan banyak teman baru. Saya bisa belajar banyak, dari mendengar sharing pengalaman hidup, mulai kesehatan, parenting, cinta, manner, bisnis, agama, dan sebagainya. Begitu dpt masalah, jadi punya banyak pilihan SOLUSI. Klo dulu terkenal ratu jutek, sekarang saya jadi bisa lebih banyak tersenyum maniis, krn jarang bokek :P


Tau ga, Kolonel Sanders baru mulai usaha resep ayamnya di usia 60 tahun loh.. Kita bisa mulai bisnis dari hal-hal yang kita suka/hobby. Contoh, klo kamu suka musik, kamu bisa buka studio musik, atau kursus musik. Klo kamu suka kuliner, kamu bisa buka warung makan atau cafe. Klo kamu suka fesyen, kamu bisa buka butik. Klo kamu suka baca, kamu bisa buka toko buku atau jualan e-book. Klo kamu hobby online, kamu bisa jualan apaa aja sambil nge-Net. Dagang itu juga nggak melulu jualan barang kok. KLo kamu punya ketrampilan tertentu, kamu bisa ngajar, itu sama aja jualan juga, jualan waktu kamu, jualan skill.


Musti Pinter Ngomong?

Mungkin ada benarnya. Tapi tidak semua orang yang pinter ngomong, sukses berbisnis. Yang pasti, faktanya, orang-orang yang sukses adalah mereka yang pintar menjalin hubungan baik dengan banyak orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline