Vitamin D (1,25-dihidroksivitamin D) adalah vitamin yang larut dalam lemak yang berfungsi sebagai hormon steroid. Vitamin D diperoleh dari makanan atau disintesis oleh kulit dan perlu diaktifkan secara enzimatik. Vitamin D berperan penting dalam homeostasis mineral dan kesehatan kerangka tulang. Defisiensi vitamin atau sering juga disebut kekurangan vitamin adalah suatu kondisi yang terjadi apabila tubuh tidak mendapatkan asupan vitamin yang cukup sesuai kebutuhannya. Kekurangan vitamin D pada orang tua sebagian besar disebabkan oleh paparan sinar matahari yang tidak mencukupi, menurunnya kapasitas fungsional kulit untuk mensintesis vitamin D ketika terkena sinar matahari, dan asupan vitamin D yang rendah.
Dampak defisiensi vitamin D dalam tubuh
Kekurangan vitamin D tidak bisa dianggaap sepele. Pasalnya, kondisi ini bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan di dalam tubuh Anda, di antaranya:
Osteoporosis
Vitamin D memainkan peran penting dalam penyerapan kalsium dan metabolisme tulang.. Efek utama metabolit aktif vitamin D adalah merangsang penyerapan kalsium pada usus. Tanpa asupan vitamin D atau kalsium yang cukup, kelenjar paratiroid akan memproduksi terlalu banyak hormon yang dapat mengakibatkan kadar kalsium tidak seimbang dan memicu pelepasan ion kalsium dari jaringan tulang. Hal tersebut dapat menurunkan homeostasis tulang sehingga dapat menyebabkan osteoporosis, patah tulang, cacat mineralisasi, dan otot melemah.
Diabetes
Kekurangan vitamin D sering dikaitkan dengan penyakit diabetes. Salah satu penyebabnya yaitu sintesis dan sekresi insulin pada pankreas dapat terhambat ketika terjadi kondisi defisiensi vitamin D, menunjukkan perannya dalam perkembangan diabetes tipe 2. Kekurangan vitamin D berpengaruh terhadap diabetes tipe 1 dan tipe 2, dan reseptor untuk mengaktivasi pembentukan ---1,25-dihidroksivitamin D3---telah diidentifikasi pada sel beta dan sel imun.
Obesitas
Obesitas sering dikaitkan dengan tingginya lemak tubuh dan menandakan rendahnya kadar vitamin D. Para peneliti telah mengusulkan bahwa lemak tubuh yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan sekuestrasi vitamin D dalam jaringan adiposa menjadi penyebab konsentrasi vitamin D serum yang lebih rendah. Sel-sel lemak menjaga vitamin D tetap terisolasi sehingga tidak dengan mudah dilepaskan dan menyebabkan bioavaibilitasnya berkurang.
Depresi
Defisiensi vitamin D telah dikaitkan dengan depresi, terutama terjadi pada orang dewasa. Studi menunjukkan bahwa kadar 25(OH)D yang rendah berkaitan dengan keberadaan dan tingkat keparahan gangguan depresi yang menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D dapat menjadi penyebab kerentanan biologis yang mendasari depresi. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan vitamin D dengan depresi.