Lihat ke Halaman Asli

Sister City Denpasar-Perth: Bentuk Diplomasi Kontemporer Indonesia

Diperbarui: 3 April 2023   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kerjasama sister city antara Bali dan Perth, Australia sudah terjalin sejak lama, pada tahun 2012 kerjasama keduanya memiliki ruang lingkup yang meliputi kebudayaan, pariwisata, pendidikan, perdagangan, dan investasi. Kerjasama sister city antara Bali dan Perth telah membantu meningkatkan pariwisata di kedua kota. Banyak wisatawan Australia yang berkunjung ke Bali dan sebaliknya, wisatawan Indonesia juga berkunjung ke Perth. Selain itu melalui kerjasama sister city, kedua kota dapat melakukan pertukaran kebudayaan seperti tarian, musik, seni, dan kuliner. Hal ini membantu memperkuat hubungan antara kedua negara. Kedua kota juga melakukan pertukaran dalam bidang pendidikan dan penelitian. Siswa dan mahasiswa dapat mengikuti program pertukaran untuk belajar dan berbagi pengalaman. Pada ruang lingkup selanjutnya kerjasama sister city antara Bali dan Perth juga membuka peluang untuk perdagangan dan investasi. Hal ini membantu memperluas jangkauan bisnis kedua kota dan menciptakan lapangan kerja baru. Menyadari akan dampak dari globalisasi dan juga liberalisasi pasar yang mengharuskan setiap negara untuk beradaptasi, kedua kota tersebut melakukan revitalisasi perjanjian kerjasama dengan ruang lingkup kerjasama yang disesuaikan dengan perkembangan zaman serta peristiwa yang terjadi di masa kini yaitu pandemi COVID-19.

Pada tanggal 14 Desember 2020 Pemerintah Kota atau PEMKOT Denpasar resmi menjalin kerjasama sister city dengan kota Perth, Australia. Penandatanganan Memorandum of understanding (MOU) antara Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawjiaya Mantra dengan Chief Executive Officer Kota Perth, Michelle Reynolds secara virtual menandakan kerjasama pengembangan sektor pariwisata, ekonomi kreatif, kurikulum Inkubator Bisnis (INBIS), dan pengembangan IPTEK resmi dilakukan. Penandatanganan MOU tersebut menindak lanjuti Surat Pernyataan Kehendak atau Letter of Intent di kota Perth pada tanggal 26 November 2018. Sektor pariwisata menjadi salah satu ruang lingkup kerjasama mengingat sektor yang menjadi daya tarik dari Pulau Bali. Pariwisata di Pulau Bali mengalami penurunan pasca Pandemi COVID-19, kerjasama antara Bali dengan Perth, Australia di sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi langkah pemulihan. Dilansir dari bali.bps.go.id, Penurunan sektor pariwisata di Bali ditunjukkan dengan penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang hanya berjumlah 45 kunjungan pada periode Januari-Oktober 2021, jumlah tersebut turun 99,996 % dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 1.069.270 kunjungan. Kerjasma antara Bali dengan Australia pada seluruh ruang lingkup diatas menjadi bahasan menarik karena memiliki hasil yang relevan dengan kondisi Indonesia terutama Bali pasca Pandemi COVID-19, selain itu kerjasama sister city merupakan perwujudan dari dampak positif atas fenomena globalisasi yang terjadi saat ini.

Korelasi antara kerjasama Bali dan Australia dengan diplomasi Indonesia di masa sekarang ada pada tujuan terjadinya kerjasama tersebut. Diplomasi RI kontemporer mengharuskan bangsa ini beradaptasi dengan realitas yang terjadi dalam dunia internasional seperti, globalisasi, liberalisasi, modernisasi, dan terlebih kondisi setiap negara pasca pandemi COVID-19. Seperti yang kita ketahui, fenomena globalisasi dan modernisasi beriringan dengan digitalisasi. Digitalisasi tersebut yang menuntut Indonesia meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di negaranya karena kualitas SDM yang unggul akan berpengaruh pada kualitas produk. Kualitas produk yang berkualitas akan berdampak pada meningkatnya sektor perekonomian bangsa Indonesia.

 Harapan Pemerintah Kota Denpasar menjalin kerjasama dengan Perth Australia sebagai langkah pemulihan sektor pariwisata di Bali pasca pandemi perlahan terwujud. Pariwisata di Bali berangsur membaik per semester pertama tahun 2022, tercatat dalam data yang dilansir dari bali.bps.go.id jumlah wisatawan mancanegara ke pulau Bali tumbuh 8.000 kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Pada periode Januari-Juni 2022 sebanyak 371.504 turis mancanegara mengunjungi pulau Bali dan didominasi oleh turis berkebangsaan Australia dengan jumlah sebanyak 107.946 jiwa atau setara dengan hampir 30% dari total turis asing yang berkunjung ke bali. Sektor ekonomi kreatif menjadi sektor yang berkaitan dengan pariwisata, meningkatnya sektor pariwisata di iringi juga dengan peningkatan ekonomi kreatif di pulau tersebut. Pada tahun 2022 nilai ekspor Provinsi Bali ke Australia dan Oseania berada di angka 69.095 USD, angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 54.706 USD dengan komoditas ekspor ekonomi kreatif seperti produk keramik, kayu/barang dari kayu, kerajinan anyaman, barang-barang dari kulit dan masih banyak lagi. Pada sektor inkubasi bisnis, bentuk kerjasama antar Bali dengan Australia diwujudkan dengan penawaran Pemerintah Australia melalui program Inkubator Usaha Lestari (INKURI) dengan memberikan kesempatan bagi 1.000 anak muda di Bali untuk mengikuti seleksi beasiswa wirausaha tersebut pada 29 September 2021. Program Inkuri tersebut sekaligus menjadi bentuk realisasi kerjasama sister city tersebut dalam ruang lingkup pengembangan IPTEK, karena program ini memanfaatkan keterampilan kreatif dan digital yang melimpah di Bali. Perth memiliki potensi startup yang menjanjikan, sehingga Bali terutama Kota Denpasar bisa belajar banyak, untuk bisa melahirkan lebih banyak lagi start-up dalam membangun pilar ekonomi lain selain sektor pariwisata.

 Walaupun kerjasama yang dibangun dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi kedua kota, namun hal tersebut sejalan dengan tantangan yang dihadapi, sehingga hal tersebut dapat menjadi penghambat pelaksanaan kerjasama kedua kota tersebut. Pertama, keterbatasan sumber daya manusia. Aparatur Pemerintah Kota Denpasar memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda dengan pemerintah pusat terutama dalam hal bahasa asing terutama bahasa Inggris, hal ini tentunya menjadi kunci utama dalam menjalin kerjasama di tingkat internasional, karena memiliki keterampilan dan kelancaran dalam menguasai bahasa asing akan menjadi senjata dalam memfasilitasi komunikasi kerja sama dengan mitra asing. Permasalahan kedua, disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang berdampak pada pelaksanaan kerjasama sister city, terutama dalam hal realokasi dana dan peran serta serta partisipasi masyarakat. Sebelumnya, baik pemerintah kota Denpasar maupun Perth berencana melakukan kunjungan dan program, namun pelaksanaannya bergeser ke virtual karena adanya realokasi anggaran. Selain itu, minimnya partisipasi masyarakat, hal ini disebabkan pandemi COVID-19 yang mengharuskan pelaksanaan berbagai kegiatan secara virtual yang hanya melibatkan pemerintah, seperti workshop pembuatan animasi masterclass online yang diadakan secara virtual Oktober lalu. Khususnya Denpasar dalam menjalin kerjasama ini untuk menciptakan keuntungan jangka panjang dalam mendukung city branding sebagai "smart city". City branding bisa menjadi identitas bagi Denpasar yang membedakannya dengan kota lain. Dengan demikian, partisipasi dan sosialisasi kepada masyarakat menjadi sangat penting, mengingat masyarakat merupakan objek utama dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan kerjasama di sister city.

Kerjasama sister city antara Denpasar dengan Perth dapat memberikan manfaat bagi diplomasi suatu bangsa, diantaranya:

  • Meningkatkan pemahaman antar budaya: Melalui kerjasama ini, kota-kota dari negara yang berbeda dapat mempelajari dan memahami budaya, bahasa, dan tradisi masing-masing. Hal ini dapat membantu memperkuat hubungan antar bangsa.

  • Meningkatkan jaringan diplomatik: Membuka peluang untuk memperkuat jaringan diplomatik antar kota di negara berbeda sehingga membantu negara dalam memperluas pengaruhnya ditingkat internasional.

  • Meningkatkan kerjasama dalam berbagai bidang: Membantu meningkatkan kerjasama dalam berbagai bidang seperti kebudayaan, pariwisata, pendidikan, perdagangan, dan investasi sehingga mampu meningkatkan pertukaran antar bangsa yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru.

  • Meningkatkan citra bangsa: Negara dapat memperkenalkan budayanya dan mempromosikan citranya ditingkat internasional. 

             Dalam rangka meningkatkan diplomasi suatu bangsa, kerjasama sister city dapat menjadi salah satu strategi efektif. Melalui kerjasama ini negara dapar memperkuat hubungan antar bangsa, mempromosikan budayanya, dan meningkatkan kerjasama di berbagai bidang. Adapun hambatan yang terjadi dalam kerjasama ini harus di hadapi dengan komitmen pihak terkait sebagai wujud saling menghargai satu sama lain, sehingga kerjasama tersebut dapat berjalan lancar dan mencapai target maskimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline