Lihat ke Halaman Asli

Adzani nurhaliza

Mahasiswa Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

Mengenang Anna Sullivan: Tokoh Dibalik kesuksesan Helen Keller

Diperbarui: 5 Juni 2024   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Anna Sullivan dan Helen Keller. Sumber gambar : clickamericana.com

Keep on beginning and failing. Each time you fail, start all over again, and you will grow stronger until you have accomplished a purpose

Memasuki bulan Juni bulan dimana tokoh inspiratif dunia untuk kaum penyandang disabilitas lahir, Helen Adams Keller. Keller panggilannya merupakan seorang perempuan yang terlahir dengan kondisi fisik yang sehat layaknya bayi normal lainnya, namun belum genap menyentuh 19 bulan umurnya Keller didiagnosa mengidap penyakit yang disebut demam jengkering atau meningitis. Dengan keterbatasan pengetahuan pada masa itu sehingga tidak dapat menemukan kesimpulan atas penyakit apa tersebut dan bagaimana menanganinya, Keller pun seringkali mengidap demam pada otaknya dan dinyatakan tidak akan bertahan dalam kurun waktu yang lama untuk hidup. Namun kenyataan berkata lain Keller tetap bisa meneruskan hidup dengan resiko buta dan tuli, semenjak itu Keller mengalami kegelapan pada dunianya.

Seiring berjalannya waktu Keller sulit untuk mengekspresikan apa yang diinginkannya begitupula dengan kedua orangtuanya yang sulit memahami apa kemauannya membuat Keller mempunyai tingkat kemarahan yang tinggi. Keller kerap mengamuk seperti memecahkan benda-benda yang berada disekelilingnya dan hanya dapat tenang apabila diberi gula-gula. Keluarganya yang melihat sikap Keller yang semakin hari susah untuk ditangani mendedikasikan anaknya untuk ditaruh pada panti khusus anak-anak cacat dirawat namun ibunya tidak setuju. Akhirnya diumur tujuh tahun Keller ibunya menemukan dan merekrut seorang pengajar yang dapat membimbingya ia adalah Anna Sullivan.

Anna dapat memahami Keller karena ia pernah mengalami sendiri pengalaman langsung hidup dengan keterbatasan, saat umur Anne menginjak 5 tahun ia terkena penyakit mata trachoma yang disebabkan oleh bakteri namun ia berhasil sembuh. Menjadi pembimbing Keller tidaklah mudah mengingat betapa liarnya Keller karena akibat dari tiada siapapun yang dapat memahami kemauannya setelah ia terkena buta dan tuli membuat ia menjadi susah dikendalikan. Anna memutuskan untuk membawa Keller untuk tinggal sementara di rumah kecil yang tak jauh dari rumah utama, Anna bertujuan untuk memperbaiki sikap Keller yang tidak patuh pada perintah serta bagaimana cara mengungkapkan kemaunnya dengan benar tanpa melakukan hal yang agresif.

Ilustrasi Pengajaran Sentuhan. Sumber gambar : PinterestCredits on Katherine Cunningham

Dibawah bimbingan Anna, Keller diajar dengan penggunaan teknik 'Pengajaran sentuhan' yang innovatif. Kemajuan utamanya sebulan kemudian saat Anna bermain di luar iamencoba mengalirkan air diatas telapak tangan lalu mengarahkan tangan Keller untukmemahami sinyal huruf yang ia berikan, Anna mencoba menuliskan kata 'air' yang akhirnya Keller pun mengerti. Keller merasa senang akan pemehaman barunya tersebut lalu meminta Anna untuk mengenalkannya pada bentuk-bentuk lain dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Anna turut membimbin Keller hingga ia memasuki universitas yaitu Radcliffe College dan lulus dengan pujian pada tahun 1904. Berkat jejak histori pembelajaran Anna Sullivan yang ia berikan pada Helen Keller ia dijuluki sebagai 'The Magical Worker' si pekerja ajaib.

Dari biografi Anna Sullivan dan juga Helen Keller menunjukkan korespondensi antara seorang guru dan murid, keberhasilan murid baik ia penyandang disabilitas ataupun normal dapat dilihat dari seberapa kompeten guru tersebut. Bagaimana ia menyusun perencanaan pembelajaran, memilih strategi serta model pembelajaran yang tepat dengan kebutuhan muridnya menjadi kunci dari keberhasilan tersebut.

Harapan para penyandang disabilitas untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi begitu tinggi namun tanpa adanya guru yang kompeten untuk menanganinya harapan tersebut akan nihil rupa-rupanya. Selain sebagai individu yang kompeten perlu adanya kesabaran serta keyakinan bahwa anak disabilitas yang sedang menempuh pembelajaran akan mencapai tiket keberhasilannya walaupun dengan cara yang berbeda dengan individu normal lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline