Lihat ke Halaman Asli

Kemana Rasa Empati (Part 2)

Diperbarui: 5 Januari 2019   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SALAM. Selamat Datang 2019.. Selamat Datang untuk para pembaca di tahun 2019 semoga di tahun ini kehidupan pribadi dan sosial kita lebih baik dari sebelumnya. Ini tulisan kedua saya di Kompasiana sekaligus juga ini tulisan saya yang pertama di tahun 2019 di media Kompasiana ini. 

Di tulisan ini saya ingin menyampaikan sesuatu yang menurut saya penting. Sempat berpikir untuk tidak di sampaikan karena takut ada yang tersinggung dengan tulisan ini. Cuma semakin ditahan malah semakin tinggi keinginan untuk di tuliskan. 

Merujuk pada tulisan pertama tentang perasaan dan pengamatan saya bahwa banyak dari kita yang kehilangan empati merujuk pada maraknya fenomena selfie ditengah bencana yang melanda. Di tulisan ini saya ingin melanjutkan tentang  kembali terkait hilangnya rasa empati ditengah tengah kita. Masih melanjutkan dengan fenomena di atas terkait juga dengan bencana alam yang marak terjadi di negara tercinta ini .

Disini saya menyoroti tentang sikap berapa saudara sebangsa setanah air kita dan ingin bertanya mana empati mu saudaraku?? 

Mana empatinya kepada saudaramu yang terkena musibah luar biasa di Indonesia bagian barat sana saat ternyata 9 hari setelah kejadian mengenaskan itu ada sebagian diantara kita yang asik berhura hura dimalam pergantian tanggal, bulan dan tahun dari 31 Desember 2018 ke 01 Januari 2019.

Mana empatinya kepada saudaramu saat kau hamburkan jutaan uang milikmu namun disaat yang sama saudaramu yang berada di Banten Lampung sana kehilangan jutaan rupiah bahkan lebih dari itu. 

Mana empatinya kepada saudaramu saat kamu berselfie dan unggah di medsos mu dengan rona bahagia bersama orang tersayang mu namun di saat yang sama saudaramu di Banten -  Lampung ada yang kehilangan orang tersayangnya dalam sekejap.

Harapan pribadi saya jika pemerintah belum mampu membuat hari berkabung nasional saat terjadi musibah tersebut. Setidaknya kita lah yang ingat kan pemerintah dengan cara kita memulai untuk tidak merayakan pergantian biasa yang di sikap luar biasa ditengah tengah duka mereka. 

Harapan saya pemerintah langsung bergerak aktif memberikan respon bukan hanya terkait sebab bencana dan berita evakuasi saja walaupun itu sangat penting. Namun saya inginkan ada statement yang langsung menggugah jiwa terutama jiwa para korban bahwa mereka para korban tidaklah sendirian menghadapi bencana ini. 

Apakah kita harus mengalami kejadian yang sama dulu seperti mereka baru rasa empati itu benar benar bisa terbukti? Saya tidak berharap, dan saya yakin anda pun tidak mengharapkan demikian.

Istri saya berkata bahwa dulu di Korea Selatan ada bencana besar  dan pada saat itu orang orang Korea yang tidak terkena efek bencana diajak pemerintah untuk berempati dengan cara meniadakan acara cara hiburan selama beberapa hari yang ditentukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline