Lihat ke Halaman Asli

Kerja Nyata Terangi Negeri

Diperbarui: 25 Oktober 2016   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan hanya sebatas menggugurkan kewajiban kepada perusahaan yang telah menggaji dan memberikan berbagai macam fasilitas untuk tetap bisa bertahan hidup, setiap karyawan yang bekerja (di manapun) tentu akan  diminta pertanggungjawabannya, baik di dunia terlebih di akhirat, maka dari itu perlu adanya niat yang tulus, komitmen dan konsistensi untuk senantiasa memberikan kontribusi terbaik dalam melakukan pengabdian kepada NKRI melalui bidang keahlian masing-masing, sehingga disebut “kerja nyata” untuk negeri.

Berbicara mengenai “menerangi negeri” berarti berbicara mengenai usaha dan upaya untuk mengabdikan diri pada NKRI dengan mengalirkan akses listrik kepada seluruh warga negara Indonesia, tanpa terkecuali, melalui PLN. Usaha dan upaya yang belakangan ini hangat dibicarakan oleh banyak orang, adalah program Pembangunan & Percepatan 35.000 MW, yang bagi sebagian besar orang, dianggap sebagai goal besar bagi pemerintah dalam “melistriki” negeri ini. 

Program Pembangunan dan Percepatan 35.000 MW merupakan program yang direncanakan oleh pemerintah pusat (Kementrian ESDM) untuk menyelesaikan permasalahan dalam hal penyediaan pembangkit.

Sedangkan jika berbicara mengenai “kerja nyata” bisa berarti berbicara mengenai upaya memberikan akses listrik kepada masyarakat sekaligus mengenai suka duka menjadi pegawai PLN. Teknisnya, kami yang berada di unit rayon, bertanggung jawab untuk memikirkan bagaimana agar, dan memastikan agar pasokan tersebut terus menyala tanpa mati melalui sistem pendistribusian. 

Kami, para pegawai PLN sering dihadapkan kepada berbagai macam tanggung jawab terlebih para “abdi listrik negara” yang menerima amanat untuk berkarya di ranah unit/rayon. Kami pasti akan menghadapi berbagai macam tantangan, yang bisa berasal dari lingkungan internal maupun eksternal yang tentunya akan mempengaruhi kinerja para pegawai yang berada di garda terdepan pelayanan kelistrikan di negeri ini.

Kita semua pasti mengenal yang namanya krisis energi. Seperti yang kita ketahui bersama, negara kita masih berada dalam tahap peralihan dari pembangkit berbahan bakar minyak menuju ke pembangkit berbahan bakar batu bara atau gas. Padahal, di negara maju, mereka sudah mengenal bahkan menerapkan pembangkit berbasis renewable energy seperti solar (sinar matahari), angin, atau sumber energi lain yang dapat diperbarui. Tidak perlu dipungkiri, ketersediaan energi (listrik) berbanding lurus dengan kemajuan teknologi. Yang artinya, semakin maju teknologinya, maka semakin besar pula ketersediaan listriknya. Pembangunan yang belum merata dan belum optimal, tentunya menjadi kendala bagi pemerataan ketersediaan listrik.

Menanggapi permasalahan tersebut, tentunya PLN telah melakukan upaya-upaya nyata untuk meminimalisir permasalahan tersebut, beberapa di antaranya adalah dengan menjalankan program LISDES dan PAL. Pembangunan jaringan PAL (Perluasan Aliran Listrik) merupakan suatu program yang bertujuan untuk memperluas area cakupan PLN dalam memberikan pelayanan kelistrikan, dengan target yaitu kelompok rumah warga; sedangkan LISDES (Listrik Desa) merupakan program yang bertujuan untuk “melistriki” suatu desa yang belum mendapatkan aliran listrik, biasanya daerah yang jarang diakses oleh pengunjung dan jauh dari keramaian, yang pada umumnya terdapat di daerah perbukitan dan lembah. 

Ada kisah menarik mengenai pengalaman saya selama terlibat dalam pelaksanaan pembangunan LISDES ini. Kebetulan, saya pernah bertemu dengan seorang kakek yang bertempat tinggal di daerah Payo Rapuih. Beliau merupakan salah satu mantan pejuang yang pernah ikut dalam perjuangan melawan penjajah dan mirisnya, baru pada tahun 2016 beliau dapat menikmati akses listrik! Dan yang lebih mengharukan, begitu tempat tinggalnya mendapatkan akses listrik, dengan wajah riang beliau langsung membeli bohlam yang dijual di warung desa sebelah.

Demikianlah, secara garis besar, LISDES & PAL merupakan beberapa program PLN yang bertujuan untuk menerangi pemukiman warga yang tinggal di bukit, gunung, atau tempat-tempat terpencil nan pelosok. Dan kebetulan, saya adalah orang yang terlibat langsung dalam penerapan program-program tersebut di wilayah Sumatera Barat, tepatnya di rayon Padangpanjang.

Adapun kendala-kendala lain yang kami temui dalam upaya mendistribusikan listrik ke seluruh negeri antara lain; 1. NKRI merupakan negara kepulauan, dimana hal ini membutuhkan usaha yang lebih keras dalam mencapai angka elektrifikasi 100%; 2. Kondisi geografis yang beraneka ragam, seperti misalnya perbukitan, dimana hal ini memerlukan perencanaan pembangunan jaringan listrik yang inovatif dan sesuai dengan kondisi alam yang unik tersebut; 3. Kondisi sosial, dalam hal ini, kami sebagai ujung tombak “abdi listrik negara” yang harus bersinggungan langsung dengan pelanggan yang memiliki beragam karakter dan budaya, diharuskan untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik, demi tercipta kemitraan yang baik antara penyedia layanan dengan pelanggan listrik sehingga semua program yang bertujuan untuk menerangi negeri ini, dapat terlaksana dengan baik.

Kali ini saya akan bercerita mengenai kondisi di area kerja saya. Di bidang distribusi, kondisi alam yang ekstrim seringkali menjadi tantangan tersendiri. Salah satunya adalah letak tempat tinggal pelanggan yang berada jauh di ujung bukit atau lembah, sehingga dalam mendesain jaringan yang cocok untuk medan-medan yang unik tersebut, bisa dibilang bukan pekerjaan mudah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline