Penyakit mpox adalah penyakit zoonosis dengan inang primer yang tidak diketahui dan bersifat pathogen pada manusia dan hewan. Pada tanggal 28 November 2022, World Health Organization (WHO) mengusulkan penggunaan kata "Mpox" sebagai pengganti "cacar monyet". Cacar monyet (mpox) merupakan virus DNA yang termasuk dalam Poxviridaeradi Genus Orthopoxvirus berdasarkan pembaruan terakhir Komite Taksonomi Virus Internasional (ICTV) pada bulan Agustus 2022, dan menyebabkan penyakit seperti cacar.
Asal muasal penyakit mpox yaitu ditemukan di Denmark tahun 1958 pada koloni kera. Lalu pada 1970 ditemukan virus Mpox manusia di Republik Demokrat Kongo. Virus mpox pun telah endemis di beberapa wilayah seperti Afrika. Pada tahun 2019, virus mpox muncul kembali pada wilayah non endemik seperti Singapura, Inggris, dan Israel. Pada tahun 2022, kasus mpox menyebar luas di berbagai negara dan pada tanggal 23 Juli 2022 dinyatakan sebagai reemerging disease yang penularannya terjadi antar manusia.
Penularan mpox bisa terjadi melalui beberapa cara, seperti dari hewan ke hewan, hewan ke manusia, atau dari manusia ke manusia. Munculnya lesi kulit yang kemerahan, melenting, dan pecahan menjadi keropeng dan diawali dengan demam merupakan beberapa tanda dan gejala dari mpox. Kondisi tersebut mirip dengan gejala cacar air atau gejala cacar namun pada cacar monyet memiliki pembesaran kelenjar getah bening. Sementara itu, mpox berbeda dengan COVID-19, yang menyebarkan virus ketika tidak bergejala. Penyakit mpox dapat tersebar ketika lesi kulit muncul.
Gejala dan tanda yang muncul dari mpox yaitu, demam di atas 38 derajat celcius, dan lenting muncul satu sampai tiga hari setelahnya. Jenis kelainan kulit sama pada setiap fase di semua area tubuh, biasanya ruam berbentuk makula, papula, vesikula serta pustule. Ruam dapat berkembang dengan lambat, dan membutuhkan waktu dari tiga hingga empat minggu, dimulai di kepala, lebih padat di wajah dan anggota badan; muncul di telapak tangan dan telapak kaki. Mpox dapat menyebabkan kematian mulai dari 3-6%.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran mpox yaitu dengan memberikan edukasi serta melakukan vaksinasi. Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang dideritanya, bagaimana penyakit itu menular, terapi yang diperlukan, dan komplikasi yang mungkin timbul merupakan edukasi yang dapat diberikan kepada pasien yang sedang mengalami mpox. Selain itu, pasien juga diimbau untuk mengisolasi diri dari anggota keluarga yang tinggal satu atap agar mencegah kontak langsung dengan kulit dan transmisi udara. Pasien pun diimbau untuk memantau gejala serta perkembangannya. Bila gejala klinis dapat memberat, pasien diimbau agar dirawat di rumah sakit.
Vaksin yang digunakan untuk dapat mencegah mpox yaitu vaksin yang berisi virus vaccinia hidup yang juga digunakan untuk vaksin smallpox. Meskipun bukan vaksin spesifik untuk mpox, tetapi terbukti efektif dapat mengurangi risiko terjadinya mpox yang parah dan mencegah mpox hingga 85% kasus. Vaksin juga bisa diberikan setelah berkontak langsung dengan kasus yang terkonfirmasi mpox, atau hewan yang tergejala mpox. Apabila terdapat pasien yang tidak dapat menerima vaksinasi vaccinia hidup, vaccinia immune globulin bisa dipertimbangkan untuk diberikan setelah terpapar.
Secara keseluruhan, mpox dapat tertular melalui pasien atau hewan yang terpapar mpox itu sendiri. Ditandai dengan adanya demam, lesi kulit, dan pembesaran kelenjar getah bening dengan risiko kematian 3-6%. Pencegahan dapat dilakukan melalui edukasi serta vaksin dengan vaksin vaccinia.
KATA KUNCI : Edukasi, Gejala, Monkeypox, Penularan, Vaksinasi.
DATA PUSTAKA
Aini, Muhammad Hafiz dan Mufqi Handaru Priyanto. 2024. Kenali dan Waspadai
Mpox. https://ayosehat.kemkes.go.id/kenali-dan-waspadai-mpox [online]. (diakses tanggal 27 September 2024).