Lihat ke Halaman Asli

Kisah Kelam

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Setelah semalaman diguyur hujan, pagi ini terasa dingin sekali. Usai sarapan, seorang pemuda berusia 22 tahun, menyalakan televisi. Kebetulan yang langsung muncul adalah saluran televisi BCTV, yang sedang menayangkan acara talkshow bersama beberapa mantan karyawan dari Maxtor Company dengan tema memperingati 5 tahun Tragedi Maxtor. Mereka mengaku bahwa mereka memutuskan sendiri kontrak kerja dengan Maxtor, karena disamping usia yang sudah renta dan pantas pensiun, mereka juga ingin menghabiskan sisa waktu hidup mereka bersama keluarga. Namun Maxtor sendiri pun tidak melepaskannya begitu saja, sebagai tanda terima kasih atas jasa-jasa mereka, Maxtor memberikan kepada masing-masing sejumlah uang untuk membuka usaha di rumah masing-masing. Entah itu berdagang, bertani dan lain-lain. Menurut mereka yang sudah puluhan tahun mengabdi di Maxtor Company, sangat aneh bila generator pabrik yang dibiayai dengan biaya perawatan yang sangat besar dan dikawal dengan prosedur hebat, dapat meledak begitu saja. Pasti ada penyebab-penyebab tertentu yang patut diusut dan ditindak lanjuti. Terlebih lagi mereka pun tau betapa kerasnya persaingan antar pengusaha di kawasan tersebut, dan bos merekalah yang paling berjaya saat itu.

“Hey, Ford.. cepat kemari..” Han, memanggil temannya yang sedang duduk di meja makan, sarapan.

“Hmm.. apa?” jawab Ford dengan mulut yang masih dipenuhi roti. Lantas ia pun meneguk orange juice yang telah dihidangkan dan berjalan mendekati temannya. “Acara apa sih?” tanya Ford setelah tiba di belakang temannya.

“Itu baca...” jawab Han sambil mengacungkan jarinya menunjuk bagian bawah layar televisi yang bertuliskan ‘5 tahun Tragedi Maxtor’.

Sontak, Ford pun tertegun memandangi televisi. Mulutnya yang tadi mengerunyam, sekarang berhenti. Tak ada suara bahkan gerakan sedikit pun dari tubuhnya. Matanya menyipit, mengarah ke televisi, namun sesungguhnya ia tidak menonton acara tersebut. Sorot matanya menerawang dan berhasil menembus ingatannya, ia teringat langsung akan kejadian 5 tahun lalu itu.

***

Pagi yang cerah, embun pagi masih terlihat di dedaunan bahkan ada beberapa tetes yang baru saja jatuh ke tanah, burung-burung pun tak kalah semangat mereka berkicauan menyambut hari Minggu yang cerah itu. Sang matahari baru saja muncul memancarkan sinar semburat kekuningan dan kehangatan untuk para insan di muka bumi.

Benar-benar keadaan cuaca yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu akhir minggu bersama keluarga. Namun tidak demikian dengan keluarga Gregory Ford. Gregory dan isterinya, Evellyn, harus berangkat pagi-pagi setelah sarapan bersama. Mereka harus bekerja meskipun hari ini adalah hari Minggu, dimana kebanyakan orang berkumpul bersama keluarganya. Namun itulah kehebatan sebuah perusahaan tempat mereka bekerja, tak seorang pun karyawan mengeluh akan keadaan seperti ini.

Jarum jam, terus melangkah maju menyisakan kenangan manis berupa tawa renyah sekeluarga dan juga obrolan hangat pagi hari di meja makan. Bahkan sekarang tengah menunjukkan pukul sepuluh. “Ayah dan ibu pasti sedang menikmati waktu istirahat pertama sekarang” gumam seorang anak berusia 17 tahun yang tengah menduduki kursi di depan televisi. Di sana – Maxtor Company – setiap karyawan diberikan jatah jam istirahat sebanyak dua kali, yang pertama adalah pukul sepuluh dan yang kedua adalah pukul setengah dua. Pada istirahat pertama, karyawan disediakan segelas susu dan roti. Bagi para perokok aktif, waktu yang diberikan yakni selama tiga puluh menit, biasanya mereka manfaatkan untuk merokok di halaman pabrik sebelum akhirnya mereka dapat merokok kembali pada istirahat kedua.

Rupanya, pemuda tadi sedang menonton sebuah acara talkshow, semacam Oprah. Sedang asyik dengan obrolan dalam acara tersebut, tiba-tiba saja televisi merubah gambarnya dengan gambar seorang wanita yang tengah duduk di dalam studio, dan menyampaikan permintaan maaf atas terpotongnya acara dikarenakan ada berita bahwa ada sebuah ledakan besar yang berasal dari kota Downtown, salah satu kota di Blackhard yang terkenal sebagai kota industri.

Sebuah kawasan yang dipenuhi oleh pabrik-pabrik industri tekstil, elektronik, serta makanan. Di kota tersebut ada sebuah perusahaan yang saat itu sedang mengalami perkembangan pesat, dimana ia memiliki ribuan karyawan yang bersedia bekerja secara shift. Maxtor Company, perusahaan yang bergerak dibidang industri retail. Berita yang beredar adalah bahwa Maxtor Helbert, pemilik perusahaan tersebut, memiliki strategi jitu untuk mengelola sebuah perusahaan. Lulusan manajemen sebuah universitas di Eropa ini telah menerapkan semua ilmunya untuk perusahaan yang dibangunnya dari nol.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline