Lihat ke Halaman Asli

Advertorial

TERVERIFIKASI

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Kehadiran LPDB-KUMKM Masih Dibutuhkan Koperasi

Diperbarui: 7 Desember 2018   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Humas LPDB-KUMKM

Mendengar nama Pasar Cicadas,  bayangan kita akan langsung tertuju aksi sangar para preman dan sikap intimidatif yang dilakukan rentenir.

Bayangan kelam itu tidak terlalu berlebihan, karena Pasar Cicadas yang berada di Jalan Cikutra, Cicadas, Bandung, memang identik dengan ulah para preman dan rentenir. 

Sebagian besar pedagang juga mengakui, kedua "sampah masyarakat" itu sudah mengakar dan menjadi bagian dari aliran darah yang menggerakkan jalannya roda perekonomian di pasar itu.

"Betul. Di sini memang gudangnya preman dan rentenir. Sampai sekarang. Tapi mereka tidak lagi jahat, mereka sudah pensiun," kata Sudarman Bendahara Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Mandiri yang didampingi Sekretaris Tati Mulyati saat ditemui di Pasar Cicadas.

Justru dengan adanya preman dan rentenir ini, diakui Sudarman, akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya koperasi yang dikelolanya. "Banyak pertentangan dan persinggungan di sini. Tapi itu hanya bulan-bulan pertama pembentukan koperasi di tahun 2004 lalu," katanya.

Dengan gaya preman dan gaya rentenir juga, Sudarman melakukan pendekatan kepada mereka. Akhirnya terbentuklah  koperasi dan anggotanya para pedagang dan para preman serta rentenir.

Dengan  modal seadanya, koperasi ini bisa hidup dan berjalan. Bahkan bisa memutar dana hingga ratusan juta. Saat ini, dengan anggota sekitar 600 orang, koperasi bisa mengumpulkan aset lebih dari Rp 4 miliar. 

Sumber: Humas LPDB-KUMKM

Sudarman mengakui, tanpa adanya pinjaman berbunga rendah dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (LPDB-KUMKM), pihaknya akan kesulitan mencari talangan dana. Apalagi saat menjelang ramadhan. Karena biasanya pedagang mengambil uang tabungan dan meminjam lebih banyak dari biasanya untuk kebutuhan modal usaha.

Pada pinjaman pertama, KSP Sejahtera Mandiri mendapat Rp 125 juta. Pinjaman itu berhasil dikembalikan sesuai waktu yang ditentukan. Selanjutnya, koperasi mengajukan pinjaman kedua sebesar Rp 350 juta, namun hanya disetujui Rp 150 juta. "Itu kami kembalikan lebih cepat dari waktu yang ditentukannya," katanya.

Sebagai koperasi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dan pedagang, Sudarman mengakui jika kebutuhan saat ini semakin tinggi. Dengan perputaran dana yang dimiliki koperasi, memang akan bisa meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan anggota. Namun itu akan memerlukan waktu yang lama.

Karena itu, pihaknya berharap agar LPDB bisa memberikan pinjaman lebih besar lagi kepada koperasinya. "Kami ingin menjadi koperasi mandiri dengan modal yang kami miliki sendiri. Namun itu tidak gampang dan kami tetap butuh bantuan dari pihak ketiga yang memiliki bungan rendah dan itu hanya dari LPDB," katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline