Macao merupakan tujuan wisata yang memiliki berbagai keunikan budaya. Sejarah Macao dimulai dari Dinasti Qin (221-206 SM). Kemudian datangnya Bangsa Portugis ke tanah Macao pada pertengahan abad ke-16 meninggalkan pengaruh budaya barat yang saat masih terasa di Macao. Kekayaan sejarah dan budaya inilah yang memperkaya pariwisata Macao, menyatukan pesona Barat dan Timur dalam berbagai destinasi populernya.
Macao tidak hanya menawarkan pemandangan yang indah, bangunan yang unik, berbagai kegiatan untuk keluarga yang dapat dinikmati bersama, tetapi juga rumah bagi kuliner yang nikmat. Hal tersebut mengantar Macao mendapatkan status sebagai anggota baru UNESCO Creative Cities Network (UCCN) dalam bidang Gastronomi yang diumumkan oleh Director-General UNESCO, Irina Bokova pada 1 November 2017.
Untuk memperkenalkan warisan kuliner lokal khas Macao yang sangat unik kepada dunia, Macao meluncurkan rangkaian campaign bertajuk "2018, Macao Year of Gastronomy". Salah satu bentuk kegiatan dari campaign tersebut, MGTO Indonesia bersama Kompasiana mengadakan acara "Taste of Macao" dinner yang dihadiri Kompasianer dan food bloggers diadakan MGTO Indonesia bersama Kompasiana pada Sabtu, 14 Juli 2018 di Nusa Indonesian Gastronomy Jakarta.
Para blogger diajak untuk menikmati gastronomi khas Macao seperti Minchi, Macanese Codsifh, Lacassa Soup, African Chicken, dan Bacalhua Fritters yang dimasak oleh Chef Ragil, Founder of Nusa Indonesian Gastronomy dan professional chef. Sambil menunjukkan cara memasak Minchi, gastronomi khas Macao yang terbuat dari daging sapi cincang yang disajikan dengan nasi hangat atau kentang, Chef Ragil menjelaskan mengenai gastronomi.
"Gastronomi adalah pengetahuan tentang teknik memasak, nutrisi, ilmu makanan, budaya, sejarah, budaya, sejarah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan makanan ditambah aplikasi penyajian makanan, rasa, dan bau," ungkap Chef Ragil.
Cerita di balik hidangan khas Macao
Menurut Chef Ragil, kuliner Macao memiliki rasa yang sangat khas karena memiliki sentuhan rasa Portugis yang dominan pedas, dan sentuhan Tiongkok yang dominan manis dan asin. Seperti African Chicken yang mengalami penyesuaian rasa. Pada awalnya, kuliner yang berasal dari Afrika ini memiliki rasa yang pedas, namun lambat laun resep ini terus disesuaikan dengan selera orang Macao yang lebih suka pedas manis.
Lain halnya dengan Minchi. Hidangan ini berasal dari bahasa Inggris "to mince" yang artinya cincang karena bahan pokoknya adalah daging cincang. Hal tersebut menunjukkan bahwa hidangan itu dibawa ke Macao oleh komunitas Anglophone (wilayah/negara berbahasa Inggris) di Hong Kong.
Selain itu ada pula cerita di balik Portugesse Egg Tart yang sangat terkenal di Macao. Egg Tart pertama kali diperkenalkan ke Macao oleh Andrew Stow, seorang apoteker Inggris yang kemudian menjadi pembuat roti. Setelah mencicipi tart di Portugal, Stow kembali ke Macao dan mulai bereksperimen untuk membuat Egg Tart versi 'Macao' miliknya sendiri. Tidak lama setelah itu, ia membuka Toko Roti Lord Stow di Coloane di Macao. Toko roti tersebut merupakan yang paling laris dan legendaris di Macao
Selain Chef Ragil, ada juga Fellexandro Ruby, food photographer, yang berbagi ilmu dan pengalaman seputar food photography. Menurutnya, sebuah foto harus dapat menceritakan dan menggambarkan cita rasa hidangan itu sendiri sehingga dapat menggugah selera orang yang melihatnya.
"Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ingin foto makanan, basic-nya itu harus berteman dengan jendela, kemudian harus modal properti seperti tripod, cardboard, lighting, rajin latihan mengambil foto dari berbagai angle, dan bijak dalam memilih menu makanan," ungkap Ruby.