Sebelum teknologi pertanian berkembang seperti yang kita alami sekarang ini, teknologi pertanian masih sangat sederhana. Kita yang semula masih memakai hewan untuk membajak sawah kini telah berganti menggunakan mesin seperti traktor. Zaman dahulu ketika mengembangkan varietas tanaman baru yang unggul, orang-orang masih menggunakan metode cangkok dan persilangan tanaman secara manual . Seiring perkembangan waktu, sekarang pengembangan varietas unggul sudah memakai bioteknologi seperti kultur jaringan. Peningkatan pengetahuan dan penguasaan terhadap teknologi baru sudah menjadi persaingan di era perdagangan global baik oleh setiap negara maju.
Namun ada salah satu teknologi yang sudah banyak dibahas dan diperbincangkan sekarang yaitu teknologi nano. Apakah teknologi nano ini? konsep ilmu dan teknologi nano pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Richard Feynman pada 29 Desember 1959 dalam sebuah pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh American Physical Society di California Institute of Technology (Caltech), dengan judul "There's plenty of room at the bottom". konsep inilah Dr. Richard Feyman dijuluki bapak nanotecnology. Dalam pidatonya, Feynman menggambarkan suatu proses di mana ilmuwan akan dapat memanipulasi dan mengontrol individu atom dan molekul.
Dan pemanfaatan nano teknologi sudah banyak diterapkan dibanyak bidang salah satunya adalah di bidang pertanian. Saat ini di banyak negara maju dan berkembang, seperti USA, Inggris, Australia, Korea, China, Thailand, Malaysia, dan Vietnam, penelitian dan pengembangan aplikasi teknologi nano di bidang pertanian dan pangan semakin berkembang pesat. Di Amerika, teknologi nano di pakai untuk pertanian berkelanjutan. Dirujuk dari NCBI, Teknologi nano dipergunakan pengelolaan sumber daya bidang pertanian dengan cara pemberian obat pada tanaman dan membantu menjaga kesuburan tanah dan memantau lingkungan dari kontaminasi di tanah dan di dalam air. Teknologi nano yang digunakan untuk mengurangi limbah dan bahan beracun adalah bioremediasi yakni menggunakan mikroorganisme bekerja lebih efektif untuk memecah atau menghilangkan racun dan zat berbahaya dari tanah pertanian dan air. Secara khusus, beberapa istilah lain juga umumnya digunakan seperti bioremediasi (mikroba menguntungkan), fitoremediasi (tanaman), dan mikoremediasi (jamur dan jamur).
Selain untuk pertanian berkelanjutan teknolgi nano juga digunakan sebagai perstisida bagi tanaman yakni nanocapsule. Nanocapsule tersusun oleh cangkang yang mengandung senyawa aktif, seperti produk agrokimia untuk perlindungan tanaman terhadap hama atau penyakit. Nanocapsule mempunyai keuntungan penting yakni senyawa aktif dilindungi dalam kapsul, mereka tidak mencemari lingkungan dan potensi mengurangi pencucian dan kontaminasi air lebih lanjut.
Dari penerapan teknologi nano, sudah banyak manfaat yang diberikan bagi bidang pertanian. Bagaimana dengan di Indonesia? Di Indonesia, penerapan teknologi nano khususnya di bidang pertanian belum banyak dilakukan. Padahal Indonesia memiliki potensi kekayaan alam pertanian dan pangan yang melimpah. Permasalahan adalah laboratorium teknologi nano yang dilengkapi peralatan riset yang memadai dan tergolong terlengkap di Indonesia untuk bidang pertanian masih belum ada. Selain itu penguasaan IPTEK di bidang teknologi nano masih kurang pengetahuan/pemahamannya padahal membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan mumpuni. Tantangan lainnya adalah penelitian di teknologi nano penerapannya masih dalam skala penelitian laboratorium dan belum dikembangkan secara massal. Masalah dana juga menjadi kendala penting karena penelitian akan teknologi nano membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang tidak sedikit. Di samping meneliti akan manfaatnya, dampak bagi lingkungan dan mahluk hidup lain juga menjadi kendala akan penerapan teknologi nano ini. Maka dari permasalahan diatas perlu akan adanya dukungan dari berbagai pihak untuk mendukung perkembangan aplikasi nano teknologi nano ini khususnya di sektor pertanian.