Lihat ke Halaman Asli

030211

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti biasa, matahari
menamatkan mimpiku semalam
ia menawarkan begitu banyak
pilihan dlm siang
lanjut, atau ku hentikan peran?
Sepasti yang tak
pasti,membingungkan.
Matahari membuka mataku dengan
paksa;oleh sinarnya.
menyajikan sarapan luka sepasti
jelaga
memisahkan cinta yang sudah
terbangun lama
ayah dimana..? lalu ibu berkelana
kembali ku teguk secangkir kopi
berkali-kali, kubiarkan ia menyapa
tubuhku
memberi sentuhan kehangatan .
Menahan tanya yang menghujami
pikiran
menabur air mata kebencian
lalu kuhampiri cinta yang baru
kusinggahi
kosong tak ku temui arti
tempat sandaranku kini penat
membosankan seperti pekat
jangkrikpun memulai tembang
sambil menari
dimana rotasi sedang terjadi di
bumi permukaan
siap menghantarkan lelah sisa
perjuangan
namun luka sedia utk ber angan
bulan, merangkulku dgn nyaman.
Membingungkan.

Lalu aku terhancurkan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline