Lihat ke Halaman Asli

Hanya Ingin Melihatnya Tersenyum...

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

M

endung di sore itu.. ketika kemudian aku menyusuri jalan beraspal. Sedikit kulihat langit yang semakin menghitam sebagai pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Resah yang kurasakan melihat seorang anak laki-laki yang dari tadi kuperhatikan terus-terusan memencet tombol Hpnya. Mungkin ia sedang menunggu seseorang. Tak berapa lama kemudian kulihat ia tersenyum ke arah belakangku.. ternyata ada seorang anak perempuan berkerudung merah dengan pakaian merah bergaris hitam tersenyum padanya. Kupikir dialah yang sedari tadi ia tunggu dengan gelisah. Dan benar saja, sesaat kemudian anak perempuan itu menghampirinya.

"Gimana?? Dah siap berangkat?" Anak laki-laki itu membuka percakapan. Namun hanya dibalas dengan anggukan dan senyuman dari anak perempuan berkerudung merah tadi.

Mereka kemudian duduk di atas pundakku dan membawaku menyusuri jalan beraspal menuju suatu tempat yang telah mereka sepakati. Kurasa waktu sangat berjalan lambat saat itu, entah karena memang aku yang lambat atau tidak. Di atasku mereka berbincang tentang masalah kampus, tentang nilai, mata kuliah, dan banyak lagi sampai kurasa setitik demi setitik air membasahiku. Ternyata langit telah menumpahkan airnya sedikit demi sedikit. Kudengar anak perempuan tadi berkata "Kak, cepatki.. hujan..". Tapi kulihat anak laki-laki itu seakan menikmati turunnya hujan yang lama kelamaan butirannya menjadi semakin besar. Mungkin ia mempunyai perasaan yang 'spesial' terhadap anak perempuan ini.

"Masih jauh kah?? Hujaann.. cepatki.." kata anak perempuan itu. "iya.. dekatmi..", kata anak laki-laki itu sambil menambah cepat lajuku di atas jalan beraspal yang semakin lama semakin basah karena hujan. Dan akhirnya mereka tiba di tempat tujuannya. Ternyata tempat yang mereka tuju adalah sebuah rumah tempat kegiatan pengkaderan mahasiswa baru. Anak perempuan itu kemudian turun dari pundakku dan berlari ke dalam rumah agar tidak kebasahan, sedang anak laki-laki itu turun dengan santai walaupun hujan makin lama membuatnya semakin basah. Namun, kulihat ia tersenyum. Entah kenapa ia tersenyum. Mereka pun kemudian berlalu meninggalkanku dengan hujan yang semakin membasahi seluruh tubuhku.

Malam pun tiba dengan udara yang dingin dan basah sehabis hujan sore tadi. Lewat tengah malam, kulihat anak laki-laki itu turun dari rumah dengan memakai jas berwarna oranye dan beberapa lembar kertas ditangannya berjalan menuju tangga yang tak jauh dari tempatku berdiri sejak sore tadi. Beberapa saat kemudian datang beberapa orang yang jumlahnya tak kurang dari jumlah jari kaki dan tangan dan kemudian duduk dengan membentuk barisan di depannya. Kudengar anak laki-laki itu memberi arahan tentang apa yang akan mereka lakukan mulai esok pagi. Kulihat satu per satu orang-orang yang duduk disana dan aku terhenti pada seseorang yang berkerudung merah yang juga duduk disana. Ternyata dia anak perempuan yang tadi sore. Kulihat ia tampak sangat mengantuk. Wajar saja, mungkin tadi ia sedang terlelap dan kemudian dibangunkan untuk dikumpul di tempat ini. Kualihkan pandanganku ke anak laki-laki tadi dan kuperhatikan sekali-kali ia menatap ke arah anak perempuan berkerudung merah itu. Entah apa arti dari tatapannya. Mungkin ada rasa besalah karena telah membangunkan anak perempuan itu dari tidurnya.

Hampir dua jam lamanya mereka berkumpul di tempat itu. Sesekali ada perdebatan kecil dari apa yang mereka bicarakan malam itu. Tapi kulihat anak perempuan berkerudung merah itu dari tadi tak pernah bersuara. Ah, mungkin ia sudah sangat mengantuk. Anak laki-laki itu kemudian memberikan selembar kertas dan sebuah pulpen kepada seseorang yang berada paling ujung di barisan itu. Maksudnya agar mereka menuliskan nama mereka masing-masing di kertas itu. Setelah semua menuliskan namanya, kertas itu kemudian dikembalikan kepada anak laki-laki tadi.

"Baik.., tolong didengarkan.." kata anak laki-laki itu dengan pelan karena memang malam sudah semakin larut.

"untuk pos 1.. koordinatornya kanda Ilham.. kemudian anggotanya.. Rian, Aldi, Dedi, Indah dan Rina. Pos 2.. koordinatornya kanda Fajrin.. anggotanya.. Ida, Ardi, Nisa, dan Dodi. Pos 3.. koordinatornya Arga.. kemudian anggotanya.. Dinda, Luke, Rani, Ditha, dan Tyo".

Anak laki-laki itu membagi orang-orang yang berjumlah hampir 30 itu ke dalam 5 pos.

"Oke.. briefing malam ini selesai, untuk para koordinator tiap pos sebentar kita kumpul.. ada sesuatu yang mau dibicarakan mengenai kegiatan besok. Sekarang yang lainnya istirahat karena besok kegiatan dimulai sekitar jam 7 pagi". Anak laki-laki itu kemudian menutup pertemuan malam itu dan mereka satu per satu meninggalkan tempatnya masing-masing. Tapi kulihat anak laki-laki itu terus memperhatikan anak perempuan berkerudung merah itu yang beranjak dari tempat duduknya sampai kemudian anak perempuan itu naik ke rumah dan menghilang dari pandangannya. Sepertinya memang ada yang belum selesai di antara mereka. Seperti ada rasa yang belum pernah terungkap dari anak laki-laki itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline