Lihat ke Halaman Asli

Tiga Alasan Kenapa Anda Harus Berhenti Mengatakan "Say no to Valentine"

Diperbarui: 12 Februari 2016   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="No love angel illustrated by mraaddesign.com"][/caption]

Hari yang dinanti-nanti oleh anak muda akan segera tiba. Siasat serta akal bulus untuk mendekati sang pujaan hati pun segera dimusyawarahkan bagai konferensi PBB di Geneva. Dana dan segala kebutuhan logistik untuk mencapai tujuan pun dikerahkan dengan maksimal. Namun, di saat yang bersamaan, pasukan anti mesum pun berkumpul dalam barisan tegas. Menolak dengan lantang keberadaan suatu hari yang namanya berasal dari kematian seseorang di masa lalu, Saint Valentine. Tapi sangat disayangkan, mereka tidak sadar jika yang mereka lakukan justru bisa menimbulkan dampak buruk. Banyak opini yang muncul menanggapi hal ini. Di antara beberapa pendapat yang populer di masyarakat, berikut adalah tiga hal yang paling penting.

Yang pertama adalah reverse psychology. Kita semua tahu apa yang akan terjadi jika kita menyampaikan saran kepada anak muda dengan cara yang kurang tepat. Mereka justru akan melakukan yang sebaliknya. Jangan Main Playstation! Jangan pulang malam-malam! Jangan coba-coba merokok! Hasil dari cara penyampaian seperti itu bisa terlihat di dalam kehidupan kita sehari-hari: tidak berhasil. Pilihlah kampanye yang simpatik, bisa dimulai dengan membuang kata-kata negatif. Ganti “NO” dengan ”YES”. Sebar pesan positif dan pilihan yang lebih baik untuk mengubah opini orang-orang yang merayakan hari valentine itu sendiri.  Coba ubah cara kita dalam menyampaikan pesan, misalnya:

“Mari menyebarkan cinta setiap hari”

“We love you everyday”

“#More than just valentine”

“Tanggal 1-31 pun hari untuk berbagi kasih sayang”

Terdengar jauh lebih indah bukan?

Kedua, adalah teori tentang konspirasi pedagang dengan cara menyebarkan rasa takut dan terror. Semakin anda menyebarkan pesan negatif, maka semakin panas pula topik tersebut menyebar ke dunia maya maupun dunia nyata. Dan hasilnya akan dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk menghasilkan keuntungan. Coba pikirkan, apa yang anda temukan di super market dan mini market yang biasa anda kunjungi pada bulan Februari? Lebih banyak cokelat! Lebih banyak benda-benda hadiah! Diskon untuk bunga dan boneka beruang teddy yang lucu! Sebangian orang menganggap hal ini hanya spekulasi negatif, namun hal ini bisa jadi benar-benar terjadi. Para pedagang besar biasanya memanfaatkan momen tertentu untuk menjual produk-produk musiman. Maka, jangan sampai anda justru menjadi promotor dari event Valentine, berbalik dari apa yang anda harapkan. Dengan menyampaikan pesan anti valentine yang berlebihan, orang-orang justru akan lebih aware dan menantikan hari tersebut.

Dan yang terakhir adalah masalah toleransi. Janganlah sampai niat yang baik  justru melukai reputasi agama tertentu. Bukankah sudah jelas bahwa Rasulullah (SAW) melarang untuk menghina agama lain? Bagaimana perasaan anda jika ada yang kampanye seperti “ Say no to LEBARAN!” atau “ NO RAMADHAN!” Dapat dipastikan, akan ada banyak pihak yang merasa tersinggung. Oleh karena itu perlu dipikirkan lebih jauh cara atau metode menyampaikan pesan tanpa harus melukai perasaan orang lain. Bagaimana pun juga toleransi antara umat beragama itu penting. Maka, sampaikanlah pesan dan aspirasi dengan cara yang indah.

Itulah tiga alasan yang paling penting kenapa anda harus berhenti mengatakan SAY NO TO VALENTINE. Menyampaikan pesan yang baik dengan cara yang salah akan menimbulkan salah paham. Toleransi antara satu dan yang lainnya merupakan hal penting yang mesti kita jaga. Kedamaian merupakan hal yang paling mahal untuk sebuah negara. Bahasa Indonesia adalah harta yang kita miliki sebagai sebuah bangsa. Pastikanlah kita menggunakannya dengan cara yang paling indah. Sehingga tidak ada lagi konflik karena kesalahan kata dan makna. Kita bisa mulai dengan tanggal 14 nanti. Saatnya menyerukan pendapat dengan cara yang lebih anggun dan santun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline