Lihat ke Halaman Asli

Faqih Ashri

The Revolutionist

Audi Shark, Mobil Anti-Macet

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13924322751328139020

Perkembangan sarana transportasi dunia menjadi bahan pembelajaran menarik. Betapa kita sedang berada di dunia yang dinamis, terus berubah. Tidak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri, begitu setidaknya para orang bijak pernah berkata. Bisa jadi revolusi industri di Inggris (1750-1850), yang merupakan tonggak sejarah terciptanya mesin uap, kemudian menjadi cikal bakal berbagai jenis transportasi modern yang ada hingga kini. Belajar dari perkembangannya sejak jaman batu, transportasi secara berturut-turut yang ditemukan dan ‘merakyat’ adalah transportasi darat, kemudian disusul oleh penemuan kendaraan laut dan udara. Perkembangan tersebut berawal dari kebutuhan manusia untuk berpindah tempat. Ketika berada pada jarak yang dekat, manusia menggunakan batang-batang kayu sebagai roda untuk memindahkan barang dari satu titik ke titik lain. Setelah manusia menyadari ada perairan dan banyak pulau yang berbeda, maka mereka mulai menaruh kayu-kayu di atas sungai untuk mengangkut mereka ke pulau seberang. Menyadari luasnya bumi dan jauhnya jarak yang masih ingin ditempuh, maka berkat jasa Wright bersaudara pada tahun 1903, model awal pesawat terbang ditemukan.

Perkembangan yang Terjadi

Perkembangan transportasi dunia di era modern saat ini, terutama transportasi darat, sudah memasuki kategori mengkhawatirkan. Setidaknya para pakar perencanaan kota, para pakar transportasi, para pakar perilaku sosial, makin sering menyorot permasalahan transportasi berupa kemacetan. Kritikan yang dilontarkan tidak pernah lepas dari lemahnya penerapan hukum dari pemerintah. Pemerintah dinilai tidak mampu mengeluarkan sebuah kebijakan yang benar-benar ampuh dalam menekan laju pertumbuhan dan pengadaan moda transportasi. Mulai dari tidak adanya punishment terhadap perusahaan produksi kendaraan, lemahnya peringatan terhadap distributor, ringannya pajak yang dikenakan kepada para pelanggan, sampai pada mudahnya cicilan biaya dalam membeli kendaraan secara angsuran. Walhasil, perusahaan asing yang merajai industri kendaraan bermotor hanya bisa tertawa riang melihat pangsa pasar kendaaraan bermotor di negara kita sungguh sangat menguntugkan. Tidak peduli sudah separah apa kondisi kemacetan yang ada di kota-kota besar (terutama Jakarta), tidak peduli semakin tingginya tingkat kecelakaan yang terjadi setiap tahun, tidak peduli betapa infrastruktur jalan yang sudah sangat terbebani oleh beban kendaraan yang melaju, penjualan kendaraan bermotor tidak pernah sepi. Kendaraan bermotor, seperti motor dan mobil, telah mengalami transisi. Dahulu benda-benda itu hanyalah sebuah kebutuhan tersier, kini semua hampir menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat yang berpunya.

Bagaimana Indonesia?

Berbicara perkembangan kendaraan bermotor di Indonesia, telah banyak langkah kongkrit yang berusaha dicanangkan oleh pemerintah dalam rangka merevolusi kinerjanya. Pemerintah percaya bahwa transportasi darat adalah salah satu aspek vital yang apabila dikelola dengan baik dapat memperlancar perputaran ekonomi bangsa. Pemerintah sudah menerapkan upaya perbaikan operasional transportasi massa seperti Busway, Kereta Api, Monorail, (pengadaan) Tram, dan lain sebagainya. Setidaknya permasalahan besar yang sampai saat ini masih menjadi momok bagi pemerintah dan masyarakat adalah kemacetan. Ada rasa kecewa pada diri saya pribadi ketika melihat masih ada saja tumpang tindih kepentingan dalam tubuh pemerintah dalam usaha mengatasi kemacetan. Apa salah satu contohnya? Ketika pemda DKI sedang getol dalam menerapkan berbagai kebijakan untuk mereduksi kemacetan, namun di sisi lain kementerian ESDM malah menerapkan kebijakan mobil ramah yang murah. Hal ini tentu merupakan dua kepentingan yang sangat bertentangan.

Teknologi Audi Shark

Sumber Gambar

Terlepas dari itu semua, kita patut menaruh harap kepada perkembangan teknologi yang tidak pernah mengalami stagnasi. Kabar yang cukup mengagumkan datang dari produsen kendaraan terkenal, Audi, terkait penciptaan sebuah inovasi baru. Teknologi baru ini akan mengahdirkan mobil impian masa kini yang bisa digunakan tanpa menyentuh aspal. Kenapa bisa? Mobil ini memang dirancang untuk bisa terbang beberapa meter diatas udara, namun bukan seperti UFO. Pada awalnya, ini hanya mobil impian hasil fantasi ‘gila’ dari seorang ahli desain bernama Karim Doku. Dia memenangkan ajang Auto Design Contest World 2009 di Italia. Namun kini rancangan itu bukan hanya sekedar isapan jempol belaka, setelah ide futuristik tersebut diwadahi oleh pihak Audi. Mobil ini diberi nama Audi Shark. Fitur yang ditawarkan berupa pintu buka-tutup otomastis layaknya pesawat tempur. Selain bisa terbang, mobil masa depan ini bisa digunakan untuk masuk dalam air, layaknya kemampuan sebuah kapal selam. Bisa dibayangkan jika mobil ini telah resmi dipasarkan. Pertanyaan besarnya adalah, berapa harga yang akan dipatok? Berapa orang yang akan berminat? Bagaimana jika mobil ini diuji coba di Jakarta? Saya bisa bayangkan bahwa mobil ini bisa sedikit meringankan kemacetan yang terjadi. Kenapa? Selama ini manusia belum banyak menjamah ruang laut dan ruang udara, sehingga pergerakan dan penciptaan teknologi masih terbatas. Jika mobil terbang Audi tersebut digunakan, maka akan mengurangi beban terhadap jalan raya, ruang udara yang selama ini kurang tereksplorasi kini mulai dijamah. Setelah nantinya mobil futuristik ini dipakai, pemerintah dapat mengusahakan untuk mengurangi sedikit demi sedikit kendaraan konvensional dari jalan. Sekarang bayangkan kita sedang menaiki mobil itu di kemacetan jalan Jakarta. Kita tidak perlu menunggu untuk tetap mengantri dan mengorbankan waktu meeting kita di kantor, kita serta merta bisa terbang ke atas beberapa meter untuk berjalan lancar. Namun, ketika arus kendaraan di udara pun sedang penuh, kita bisa pindah jalur melalui kanal-kanal sungai atau laut di pinggir kota. Betapa indahnya suasana ramai kota seperti saat kita sedang duduk di bioskop menonton film-film bergenre Science Fiction.

13924322331939739339

Sumber Gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline