Bisa dipastikan bahwa seluruh generasi di Indonesia menjelang dan setelah kemerdekaan pasti pernah mendengar dan mengenal salah satu karyanya. Jika kita pernah dengar lagu "Halo-Halo Bandung", itu adalah salah satu dari segudang karyanya. Ketika suasana hari raya Idul Fitri, lagu karyanya yang timeless selalu berkumandang di berbagai media, judulnya "Selamat Hari Lebaran".
Ismail Marzuki adalah salah satu komponis besar Indonesia yang namanya diabadikan sebagai pusat seni di Jakarta, yaitu Taman Ismail Marzuki (TIM). Ia lahir di Jakarta pada 11 Mei 1914 dari keluarga Betawi. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan bakat seni yang luar biasa, terutama di bidang musik. Ia belajar bermain gitar, saxophone, dan harmonium pompa di perkumpulan musik Lief Java. Ia juga menguasai berbagai genre musik, mulai dari keroncong, musik klasik, mars perjuangan, hingga musik tradisional.
Karena dia adalah pahlawan nasional dari kalangan seniman, bukan berarti dia hanya mencipta lagu perjuangan, karyanya melintas genre dan sektor. Semua karyanya jadi hits, dibuat dengan hati dan semangat. Karya-karyanya akan tetap hidup dan menginspirasi generasi Indonesia hingga akhir zaman. Ia adalah seniman jenius dengan tingkat produktivitas sangat tinggi. Padahal usianya sangat pendek, hanya 44 tahun.
Baca juga tulisan terkait tentang seniman jenius di era Renaissance di sini, bisa jadi Ismail Marzuki adalah Leonardo da Vinci atau William Shakespeare dari Indonesia.
Jika ingin mengenal dan dan mendapat inspirasi dari tokoh hebat ini, tontonlah web series karya Garin Nugroho ini. Dijamin Anda tergugah dan akan sadar bahwa Indonesia ternyata sudah punya seniman hebat, jauh sebelum generasi Melly Goeslaw.
- Keroncong Serenata (1935), sebuah lagu keroncong yang bermodus minor dan bernafaskan melodi yang melankolis.
- Roselani (1936), sebuah lagu yang membawa kita ke suasana romantis alam Hawaii di Samudra Pasifik.
- Kasim Baba (1937), sebuah lagu yang mengambil latar belakang "Hikayat 1001 Malam".
- Rayuan Pulau Kelapa (1944), sebuah lagu yang menggambarkan keindahan dan keragaman Indonesia sebagai negeri kepulauan.
- Halo-Halo Bandung (1947), sebuah lagu yang menjadi semangat perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
- Selendang Sutra (1950), sebuah lagu yang mengisahkan tentang seorang gadis yang menanti kekasihnya pulang dari medan perang.
- Gugur Bunga (1954), sebuah lagu yang didedikasikan untuk pahlawan nasional Ir. Soekarno.
Ismail Marzuki tidak hanya menciptakan lagu-lagu, tetapi juga berperan aktif dalam dunia seni peran. Ia menjadi penulis naskah dan sutradara beberapa film, seperti Air Mata Mengalir di Tjitarum (1948), Asrama Dara (1958), dan Djenderal Kantjil (1958). Ia juga menjadi pemimpin Orkes Studio Jakarta dan turut menyelenggarakan Festival Musik Nasional pertama pada tahun 1953.
Siapa gerangan dinda?
Bidadari dari surga
Ataukah burung kenari
Pembawa harapan pelipur hati?
Itulah salah satu penggalan lirik dalam lagunya "Payung Fantasi" yang menjadi hits besar di tahun 1955. Lagu dengan genre jazz ini merupakan cerminan jeniusnya Ismail Marzuki. Liriknya yang sangat puitis dengan permainan bahasa tingkat tinggi, memperlihatkan bahwa dia juga adalah penulis handal. Irama lagunya begitu fenomenal sehingga dengan mudah lekat dalam kepala pendengarnya. Kita secara tak sadar bersenandung refrain lagu ini karena memang ini lagu bagus.
Dan, tahukah Anda? Aliran musik jazz terkenal di Amerika Serikat antara tahun 1920-1940an. Kemudian free jazz, yang juga dikenal sebagai jazz avant-garde, suatu pendekatan baru jazz baru mulai muncul di tahun 1950-an dan kemudian berkembang jadi mainstream sepanjang 1960-an. Lagu jazz Ismail Marzuki ini sudah rilis di tahun 1955, artinya dia bukan komposer sembarangan. Walau hidup di negeri yang baru lepas dari penjajahan, visinya global dan dia tumbuh sejalan dengan berkembangnya musik dunia.