[caption id="attachment_173156" align="alignleft" width="272" caption="Amazon Kindle yang begitu tipis dan ringan layaknya sebuah buku (foto dari Amazon.com)"][/caption] Amazon Kindle adalah produk yang bagi saya luar biasa. Kebiasaan membaca yang sejak munculnya teknologi komputer yang semakin ringan dan tipis dikuatirkan akan hilang, ternyata mampu "dibawa kembali" oleh produk ini. Banyak orang bilang bahwa membaca di "layar komputer" sangat berbeda dengan membaca buku secara konvensional dalam versi kertas cetak. Bila "layar" yang dimaksud adalah layar desktop, laptop, netbook ataupun smartphone, saya sependapat. Sangat tidak nyaman membaca buku di gadget seperti itu. Namun dibalik kelemahan itu, harus diakui bahwa teknologi komputer tercanggih sebenarnya membawa banyak hal positif untuk meningkatkan "kualitas" kegiatan membaca kita. Misalnya adanya memory & storage komputer yang bisa menyimpan banyak buku dalam alat yang sangat kecil dan bisa dibawa kemanapun dengan mudah. Kemudian kemampuan interaktivitas yang bisa dibawa komputer dalam alat baca buku berbasis komputer, seperti kamus digital, bookmark digital, pembuatan catatan, dll. Yang terakhir tentu saja kemampuan konektivitas yang sangat beragam untuk menghubungkan komputer kecil kita dengan jaringan komputer atau Internet, ini memungkinkan pembelian content digital berupa buku, majalah, jurnal dll bisa dilakukan dengan sangat mudah, cepat dan dari mana saja seperti yang terjadi dengan MP3 (lagu). Buku Tradisional vs Buku Digital Dalam persepsi masyarakat, buku adalah buku, komputer adalah komputer. Penggabungan keduanya telah banyak sekali dilakukan, tetapi hampir semua terjebak pada kombinasi buku "dimasukkan" kedalam komputer, baik di desktop, notebook, smartphone, dll. Padahal membaca buku secara tradisional adalah sesuatu yang memiliki keunikan dan kenyamanan tersendiri. Akhirnya, semua hal positif tadi digabungkan oleh Amazon, pedagang buku online terbesar di dunia, dalam 1 produk luar biasa yang diberi nama aneh, Kindle. Banyak kritik dan masalah saat diluncurkan tahun 2007, namun segera dalam waktu lumayan singkat, produk ini telah mampu merengkuh banyak pengguna baru. Produk yang sangat tipis, ringan dan memang dibuat mirip buku ini memiliki segudang teknologi baru didalamnya, namun tetap berusaha keras menjaga kesederhanaannya. Ukuran dibuat semirip mungkin dengan buku normal, tidak terlalu kecil seperti di handphone, tidak terlalu besar seperti di laptop atau desktop. Dengan mengadopsi teknologi electronic paper display dari dari E Ink Corp, perusahaan teknologi yang lahir di MIT Media Lab di Cambridge, Massachusetts, USA, layar baca Kindle betul-betul menjadi layar yang bukan bernuansa "layar komputer". Efek sinar radiasi yang hampir tidak ada membuat mata tidak cepat lelah membaca layar seperti ketika kita membaca di layar komputer. Layar ini juga dengan mudah dibaca walau dalam keadaan sinar matahari yang terang. Ini salah satu aspek kunci keberhasilan Kindle dalam menarik para pembaca tradisional ke gadget pembaca elektronik ini. Dengan Kindle, Amazon dan pendirinya Jeff Bezos telah berhasil membawa dunia ke suatu tingkat adopsi teknologi baru. Kindle bukan sekedar handheld computer (komputer genggam), tapi Kindle adalah "buku". Penggunanya mempersepsikan gadget elektronik ini sebagai buku. Itulah sebabnya Amazon tidak memaksa memasukkan berbagai pernak-pernik "berbau" komputer kedalam produk Kindle ini. Saya yakin mereka ingin penempatkan posisi (positioning) Kindle kedalam produk "buku" dimata masyarakat, bukan komputer. Dan tampaknya strategi itu berhasil. Saat ini, konon lebih dari separuh penjualan buku di Amazon.com adalah pembelian buku elektronik melalui Kindle. Luar biasa bukan? "Buku" yang hebat ini dengan mudah akan mengunduh (download) buku elektronik langsung dari Amazon.com. Konektivitas yang dipakai adalah jaringan seluler 3G. Begitu file tersimpan, kita langsung bisa membacanya senyaman membaca buku aslinya. Ini kelebihan nyata antara buku tradisional dengan buku modern ini. Apple iPad Sang Kompetitor Ketika akhirnya Apple muncul dengan iPad di kuartal kedua 2010, banyak pihak memprediksikan akan terjadi persaingan sengit dalam perebutan pasar buku elektronik. Disini akan kita lihat bagaimana pasar akan merespons produk hot dari Apple bernama iPad yang mampu meramu berbagai teknologi yang ada (konvergensi) menjadi satu produk baru yang tampaknya ingin diposisikan sebagai "gadget serba bisa". Apple iPadn adalah "buku" (mirip seperti Kindle), bisa jadi DVD player, bisa jadi komputer, bisa jadi pemutar musik, perangkat mobile game, penjelajah Internet, email client, album foto digital, peta online, dll. Namun saya yakin keduanya akan memiliki market share sendiri-sendiri. Kindle untuk Pendidikan Indonesia Menilik kehebatan Kindle dan keberhasilannya secara komersial di dunia luar sana, hingga kini saya berharap bahwa produk ini bisa masuk ke Indonesia secara resmi dan membantu dunia pendidikan kita untuk maju. Dari pada menghamburkan dana ratusan milyar rupiah untuk proyek-proyek mercusuar tidak jelas, bisa saja pemerintah memberikan gratis produk ini ke para siswa dan guru seluruh Indonesia. Kindle versi terbaru dengan layar 6 inci dengan 3G modem built-in saat ini dibandrol USD 259 atau setara Rp 2,5 juta. Artinya anggaran Rp 100 milyar saja sudah bisa membeli 40 ribu unit Kindle. Berlebihan? Namun dalam pandangan saya, dampak ikutannya bisa sangat dahsyat. Dengan adanya e-book reader seperti Kindle secara massal dalam dunia pendidikan kita, maka akan tidak ada lagi biaya pencetakan buku paket, bahkan termasuk LKS (Lembar Kerja Siswa) yang sering diperjualbelikan antara guru dan siswa. Pemerintah bisa kemudian membuat portal buku elektronik yang bisa diakses dan diunduh gratis kedalam Kindle para siswa dan guru. Tantangan & Peluang Jika harga Kindle terlalu mahal atau karena adanya kesulitan dalam metode akses ke portal penyebaran buku yang dibatasi hanya bisa melalui Amazon.com, pemerintah bisa saja membeli produk e-book reader lain misalnya produk Cina. E-book reader buatan negeri tirai bambu saat ini sudah banyak beredar di pasaran dengan harga jauh lebih murah dan restriksi akses yang 100% lebih longgar dibanding Amazon yang dipastikan akan mewajibkan pembelian dan pengunduhan buku melalui portal Amazon saja. Namun, tantangan terbesar adalah pada ketersediaan buku berbahasa Indonesia bagi dunia pendidikan. Bagaimana memberi insentif kepada para penerbit dan pengarang untuk mau menerbitkan buku mereka dalam format e-book. Secara finansial, harga e-book harusnya bisa lebih murah karena tidak menggunakan bahan kertas yang mahal. Polo distribusi juga sudah tersedia menggunakan jalur komunikasi seluler yang ada di hampir seluruh pelosok tanah air. Saat ini, semakin banyak sekolah dan universitas yang membagikan Kindle dan iPad ke siswa/mahasiswa dan guru/dosen mereka sebagai salah satu alat utama belajar. Silahkan lihat detail fitur Kindle berikut ini untuk mendapatkan gambaran betapa hebatnya produk ini membawa kenyamanan membaca buku tradisional di era teknologi maju seperti saat ini. Bandingkan juga dengan iPad yang begitu ramai fitur. Dari Kindle versi 3 yang merupakan versi terakhir, beberapa hal utama yang "dijual" oleh Amazon sebagai andalan untuk meyakinkan para pelanggan baru adalah:
- Slim: Tebal hanya 1/3 inch, setebal majalah biasa
- Lightweight: Berat hanya 10.2 ons, lebih ringan dari buku paperback biasa
- Books in Under 60 Seconds: Beli dan dapatkan buku secara online dalam 60 detik langsung ke Kindle anda, tanpa koneksi ke komputer
- 3G Wireless: Koneksi pakai 3G seluler langsung dari Kindle tanpa pelu repot mencari hotspot
- Paper-Like Display: Baca di layar khusus tanpa pantulan dan tetap terang walau dalam keadaan sinar matahari terang, tampilan tulisan dan gambar persis seperti diatas kertas biasa
- Carry Your Library: Dapat menyimpan hingga 1500 buku dalam Kindle anda
- Longer Battery Life: Batere tahan 1 minggu
- Built-In PDF Reader: Bisa baca dokumen PDF, sehingga kita juga bisa membawa dokumen pribadi untuk dibaca via Kindle
- Read-to-Me: Memiliki aplikasi Text-to-Speech untuk membacakan teks dengan voice komputer, namun hanya mendukung bahasa tertentu
- Free Book Samples: Download Bab 1 gratis sebelum memutuskan untuk membeli buku lengkap
- Large Selection: Lebih dari 400.000 judul buku tersedia untuk dibeli via Amazon, plus koran, majalah dan blog, termasuk bisa langganan koran dan majalah yang akan dikirim ke Kindle anda saat edisi baru muncul
- Low Book Prices: Harga buku New York Times Best Sellers and Buku Baru adalah $9.99, lebih murah dari buku fisik konvensional.
Hingga saat ini, ada banyak sekali pesaing Kindle dalam kategori gadget e-book reader, diantaranya Sony, LG, Hitachi, Toshiba, Samsung, Barnes & Noble Nook, Panasonic, Asus, dan banyak lagi. Produk Cina juga sudah ada sejak tahun 2007-an, yang cukup dikenal adalah STAReBOOK atau Neolux, harga relatif murah tapi hanya tersedia dalam aksara Cina. Cina tampaknya sangat responsif dengan teknologi yang satu ini. Teknologi ini diyakini bisa "mencerdaskan" bangsa. Berikut kutipan berita yang saya kutip dari Engadget.com tentang subsidi China Mobile (Telkomsel-nya Cina) atas produk AirPaper50T e-book reader. Tidak hanya harga jual peralatan reader saja yang dipotong, namun pembelian buku di toko e-book online China Mobile pun dipotong ke angka 3 and 5 yuan (sekitar Rp 4000 hingga Rp 10.000). Luar biasa jika ini bisa dilakukan di Indonesia. Baca tulisan teknologi lain di blog Hikmah Teknologi http://teknohikmah.blogspot.com dan blog Teknologi Informasi untuk Pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H