Lihat ke Halaman Asli

Wawasan Nusantara tentang Nunukan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nunukan adalah sebuah kabupaten di utara Kalimantan. Ibukota kabupaten ini terletak di kota Nunukan. Motto kabupaten Nunukan adalah “Penekindidebaya” yang berasal dari bahasa Tidung yang berarti “Membangun Daerah”. Pelabuhan Nunukan merupakan pelabuhan lintas dengan kota Tawau, Malaysia. Bagi penduduk kota Nunukan yang hendak pergi ke Tawau diperlukan dokumen PLB ( Pas Lintas Batas ). Setiap hari, rata-rata sekitar delapan unit kapal cepat lalu-lalang antar Nunukan dengan Tawau. Dan oleh sebab itu, tidak heran lagi jika kita menemukan banyak produk-produk Malaysia bertebaran di warung kaki lima, pasar, maupun mini market, bukan hanya makanan, minuman, sembako dan kosmetika saja, bahkan terkadang mata uang Malaysia yaitu Ringgit digunakan sebagai alat bayar untuk melakukan transaksi jual-beli.

Mata pencaharian di tempat ini sangat minim dalam jenisnya tapi tidak dalam kuotanya. Sebenarnya banyak lapangan kerja yang tersedia, tapi SDM yang berkualitas masih kurang. Beberapa tahun belakangan, bisnis rumput laut dan kelapa sawit menjadi komuniti yang besar dan akhirnya menjamur kemana-mana, juga terbilang cukup menjanjikan disini, sehingga tidak asing lagi jika di tepi-tepi pantai kita dapat melihat banyak botol-botol bekas air mineral bertebaran, tidak lain tidak bukan karena proses dari budidaya rumput laut. Mengenai kelapa sawit saya tidak bisa cerita banyak, bisnis ini banyak yang meminati tapi tidak bisa terwujudkan semua karena biaya untuk membeli bibitnya saja tidak murah, maka dari itu hanya kalangan-kalangan tertentu saja yang melakukannya.

Berbicara mengenai kuliner, baru-baru ini saya melihat kalau ternyat sekarang ada oleh-oleh khas Nunukan yaitu “Dodol Rumput Laut”, panganan ini saya temukan di mini market setempat namun saya belum bisa menjelaskan rasanya seperti apa karena saya belum membelinya. Makanan khas disini mungkin bisa dibilang tidak ada, karena makanan-makanan yang dijual didominasi oleh para pendatang dari Jawa, Sulawesi, dan dari Malaysia tentunya.

Masalah fashion dan gaya hidup, yaa bisa dibilang kalangan muda di kabupaten ini jauh lebih fashionable dibanding di kota-kota besar, meskipun disini tidak ada mall, cenderung berperilaku konsumtif yang tinggi karena mereka rela mengeluarkan biaya lebih untuk membeli sandang yang sedang nge-tren melalui bisnis online.

Sekian.

AP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline