Lihat ke Halaman Asli

adriono

Penulis buku Matabaru Editorial Service

Nasionalisme Joko Tingkir

Diperbarui: 31 Juli 2022   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Memasuki ambang Agustus adalah momen untuk menemukan lagi rasa kebersamaan. Terutama dengan tetangga warga dekat, sekampung, atau seperumahan. Kami menjadi punya alasan lagi untuk berkegiatan bersama, merayakan kegembiraaan menyambut hari kemerdekaan Indonesia. Menggelar kerja bakti, menghias kampung, memantaskan diri demi  menyukuri nikmat merdeka dari penjajah.

Apa yang kami lakukan di lingkungan RT 05/RW XI Perumahan Bluru Permai Sidoarjo Jawa Timur sederhana saja. Mengeruk got membersihkan semak di rumah kosong, mengecat tiang berdera beserta umpaknya, menggambari paving, merentang kawat brendrat untuk memasang penjor umbul-umbul aneka warna.

Tak lupa memasang lampu hias, karena cahaya kerlap-kerlip warna-warni di malam hari adalah perlambang kemeriahan hati, walau mungkin agak norak di mata sebagian orang. Para ibu PKK terampil membikin hiasan lampion daur ulang botol kemasan, lalu menggantungnya di sela lampu.

Kiranya tidak dibutuhkan ritorika dan narasi-narasi besar tentang makna kebangsaan. Kesetiaan mereka pada negeri sudah sepenuhnya teruji. Bagi orang kampung cinta negeri adalah otomatis dan final. Ditaati semua aturan regulasi meski sesekali disertai gerundelan sendiri. Dan lima tahun sekali mereka rutin mau dimobilisasi, termasuk dikibuli, oleh calon penguasa yang berambisi memburu kursi.

Dalam kondisi ekomomi yang tidak sedang baik-baik saja, toh mereka masih bisa survive sembari menepis segala keluh kesah. Masih bisa joget bergembira di sela kerja bakti. Padahal para walimurid itu baru saja habis-habisan terkuras dananya demi memintarkan buah hatinya yang mulai memasuki sekolah/kampus baru. Sebagian lagi ada yang keberatan dengan iuran BPJS, tetapi ingin berhenti tidak bisa.

Betapapun stamina mental dan kewarasan jiwa harus tetap dipertahankan. Untuk menjaga daya hidup tidak perlu harus mengikuti workshop mahal dari motivator ulung atau mendengar tauziah normatif. Lirik lagu campursari ternyata lebih joss dan kontektual dengan suasana hati.

Lihatlah itu, sambil menggambar mural di paving,  mereka berdendang mengikuti irama rancak Joko Tingkir-nya Happy Asmara:

Joko Tingkir ngombe dawet. 

Jo dipikir marahi mumet.

Ngopek jamur nggone Mbah Wage. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline