Lihat ke Halaman Asli

Adrilighta Roma

Universitas Lampung

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PERILAKU PEJABAT PUBLIK STUDI PADA PEMERINTAH PROVINSI BANDARLAMPUNG

Diperbarui: 17 Desember 2023   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Studi kasus yang dilakukan tentang pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku penjabat publik pada Pemerintah Kota Bandar Lampung memberikan wawasan yang penting terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja dan integritas para penjabat publik di dalam pemerintahan. Melalui penelitian ini, kami dapat menganalisis hubungan antara budaya organisasi yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan perilaku penjabat publik yang terlibat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan pengambilan keputusan.
Berdasarkan data studi kasus yang kami teliti, terdapat beberapa temuan penting yang dapat menjadi dasar untuk menyampaikan opini tentang pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku penjabat publik di Pemerintah Kota Bandar Lampung.
1. Budaya Organisasi yang Tidak Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas
Salah satu temuan penting dalam studi kasus ini adalah adanya kecenderungan budaya organisasi yang tidak mendorong transparansi dan akuntabilitas di Pemerintah Kota Bandar Lampung. Data menunjukkan bahwa terdapat beberapa kejadian di mana penjabat publik terlibat dalam praktik korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan tindakan lain yang merugikan masyarakat. Hal ini menunjukkan adanya celah dalam budaya organisasi yang tidak memberikan dorongan yang cukup bagi penjabat publik untuk bertindak dengan integritas dan akuntabilitas. Dalam budaya organisasi yang kuat, transparansi dan akuntabilitas menjadi nilai inti yang diterapkan dan didorong di semua tingkatan organisasi. Namun, data

menunjukkan bahwa hal ini belum sepenuhnya terwujud di Pemerintah Kota Bandar Lampung. Kurangnya kebijakan dan mekanisme yang mempromosikan transparansi dan akuntabilitas dapat menjadi salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku yang tidak etis atau melanggar hukum.
2. Kurangnya Fokus pada Pelayanan Publik yang Berkualitas
Studi kasus ini juga menunjukkan bahwa kurangnya fokus pada pelayanan publik yang berkualitas dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku penjabat publik di Pemerintah Kota Bandar Lampung. Data menunjukkan bahwa terdapat keluhan dari masyarakat terkait dengan lambatnya respons dan penyelesaian atas permintaan atau keluhan mereka. Hal ini mungkin disebabkan oleh budaya organisasi yang tidak memprioritaskan pelayanan publik yang efektif dan efisien. Dalam budaya organisasi yang kuat, penjabat publik akan didorong untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.
Pelayanan publik yang berkualitas merupakan tanggung jawab utama penjabat publik. Namun, data studi kasus menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara harapan masyarakat terhadap pelayanan yang baik dan realitas yang terjadi di Pemerintah Kota Bandar Lampung. Kurangnya sumber daya manusia yang terlatih dan terampil, kurangnya sistem dan prosedur yang efektif, serta kurangnya pemantauan dan evaluasi yang memadai dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik. Dalam budaya organisasi yang kuat, penjabat publik akan didorong untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.
3. Keberadaan Sistem Penghargaan yang Tidak Jelas
Selain itu, studi kasus ini juga mengungkapkan keberadaan sistem penghargaan yang tidak jelas atau tidak cukup mendorong penjabat publik untuk berkinerja baik. Data menunjukkan bahwa penjabat publik sering kali tidak mendapatkan pengakuan atau penghargaan atas kontribusi mereka yang luar biasa dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Hal ini dapat mengurangi motivasi dan

semangat kerja mereka, serta mengurangi insentif untuk berperilaku dengan integritas dan profesionalisme.
Dalam budaya organisasi yang sehat, penjabat publik yang berkinerja baik dan berperilaku dengan integritas harus mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang sesuai. Penghargaan dapat berupa pengakuan publik, promosi berdasarkan prestasi, atau penghargaan individu atau tim. Dengan memberikan insentif positif, penjabat publik akan termotivasi untuk terus meningkatkan kinerja mereka dan bertindak dengan integritas.
Namun, data studi kasus menunjukkan bahwa sistem penghargaan yang ada di Pemerintah KotaBandar Lampung belum cukup jelas dan tidak memberikan dorongan yang cukup bagi penjabat publik untuk berprestasi dan berperilaku dengan integritas. Hal ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku mereka dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
4. Kurangnya Partisipasi Penjabat Publik dalam Pengambilan Keputusan
Studi kasus ini juga menyoroti kurangnya partisipasi penjabat publik dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi tugas dan tanggung jawab mereka. Data menunjukkan bahwa keputusan sering kali diambil oleh pihak yang berada di tingkat manajemen yang lebih tinggi tanpa melibatkan penjabat publik yang lebih terlibat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Hal ini dapat mengurangi rasa memiliki dan komitmen mereka terhadap keputusan yang diambil, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.
Dalam budaya organisasi yang baik, pelatihan dan pengembangan kompetensi merupakan investasi penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pelatihan yang tepat, penjabat publik dapat memperoleh keterampilan baru, pengetahuan yang diperlukan, dan pemahaman yang lebih baik tentang tugas-tugas mereka. Pelatihan yang efektif juga dapat membantu membangun sikap profesionalisme, integritas, dan tanggung jawab yang diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas publik.

Namun, data studi kasus menunjukkan bahwa kurangnya pelatihan dan pengembangan kompetensi yang memadai di Pemerintah Kota Bandar Lampung dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku penjabat publik. Keterbatasan sumber daya, kurangnya rencana pengembangan karir yang jelas, dan kekurangan tenaga pengajar yang berkualitas dapat menjadi hambatan dalam menyediakan pelatihan yang efektif.
Berdasarkan data studi kasus yang kami teliti, kami memiliki beberapa opini terkait pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku penjabat publik pada Pemerintah Kota Bandar Lampung.
 Pertama :
Kami berpendapat bahwa budaya organisasi yang diperlukan di Pemerintah Kota Bandar Lampung harus didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan pelayanan publik yang berkualitas. Budaya organisasi yang mendorong transparansi akan menciptakan lingkungan di mana penjabat publik merasa aman untuk melaporkan pelanggaran atau tindakan yang tidak etis. Selain itu, adanya mekanisme pengawasan yang efektif dan audit internal yang ketat akan membantu menjamin akuntabilitas dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
 Kedua :
Penting untuk memperkuat orientasi pada pelayanan publik yang berkualitas. Ini dapat dilakukan melalui peningkatan keterampilan pelayanan publik bagi penjabat publik, memperbaiki proses layanan publik yang ada, dan mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Dengan memprioritaskan kebutuhan masyarakat dan memberikan pelayanan yang efektif dan responsif, penjabat publik akan merasa terdorong untuk bertindak dengan integritas dan profesionalisme.

 Ketiga :
Penting untuk mengembangkan sistem penghargaan yang jelas dan adil. Penjabat publik yang berkinerja baik dan berperilaku dengan integritas harus mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang sesuai. Ini dapat mencakup penghargaan individu atau tim, promosi berdasarkan prestasi, atau pengakuan publik terhadap kontribusi yang luar biasa. Dengan memberikan insentif positif, penjabat publik akan termotivasi untuk terus meningkatkan kinerja mereka dan bertindak dengan integritas.
 Keempat :
Partisipasi penjabat publik dalam pengambilan keputusan harus ditingkatkan. Mereka harus dilibatkan dalam proses perumusan kebijakan yang mempengaruhi tugas dan tanggung jawab mereka. Dengan melibatkan penjabat publik dalam pengambilan keputusan, mereka akan merasa memiliki dan lebih berkomitmen terhadap kebijakan yang diimplementasikan. Ini juga dapat meningkatkan kualitas kebijakan yang dihasilkan, karena melibatkan berbagai perspektif dan pengetahuan yang ada di kalangan penjabat publik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline