Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antar stimulus dan respon (Robert, 2014). Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam pengambilan keputusan bagi peserta didik dalam bertindak dengan cara yang baru guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan sebagai hasil dari terciptanya hubungan yang saling mempengaruhi buah dari stimulus dan respon. Interaksi yang terbangun antara pendidik dan peserta didik pun harus dua arah agar proses belajar mengajar yang dilakukan dapat melahirkan reaksi pada kedua belah pihak.
Pendidik khususnya guru pada pendidikan formal menjadi poros utama dalam mencapai tujuan pendidikan nasional di tengah tantangan dan dinamika perkembangan zaman yang begitu laju. Implementasi pedoman mengajar sebagai rambu-rambu yang dijadikan tolak ukur seorang guru dengan bergerak secara dinamis tentunya mengikuti perubahan zaman dan senantiasa relevan dalam menjawab kepentingan peserta didik. Hal inipun sejalan dengan kebijakan merdeka belajar Kemendikbudristek RI dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.
Dalam belajar Pendidikan Jasmani (Penjas) pada implementasi kurikulum merdeka saat ini merupakan bagian integral dari kurikulum yang fokus pada pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, kemampuan berpikir kritis, stabilitas emosional, interaksi sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani. Kebutuhan dan karakteristik peserta didik menjadi poin penting yang dijadikan sebagai landasan pacu Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di sekolah dalam menyusun rencana program pembelajaran secara sistemik sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik secara organik, neoromuskuler, persepsual, kognitif, sosial, dan emosional.
Metode belajar Penjas yang diusung harus mampu melihat tingkat kompleksitas pembelajaran, sarana dan prasarana yang tersedia, serta kemampuan rata-rata yang dimiliki peserta didik. Hal ini mendorong penulis menciptakan sebuah metode mengajar yang nyata dan praktis guna mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan.
Metode itu bernama POS (Pembelajaran Orienteering Sekolah), sebuah proses belajar-mengajar (pembelajaran) yang digunakan mengambil konsep petualangan dengan menitiberatkan pada kemampuan navigasi peserta didik dalam membaca dan menggunakan peta kompas menuju satu titik ke titik lainnya dalam sistem koordinat (orienteering) dan dilaksanakan secara outdoor (lingkungan sekolah).
Metode POS merupakan metode pembelajaran langsung (Direct) di mana cara yang digunakan Guru Penjas dalam proses penyampaian materinya bersifat menyenangkan namun tidak mengabaikan esensi aktivitas jasmani yang digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran dari semua materi yang diajarkan.
Pendekatan yang digunakan berpusat pada siswa sehingga cara konvensional dari paradigma lama Penjas sudah tidak dipakai lagi, media yang digunakan pada metode POS ini memanfaatkan teknologi berupa smartphone yang dipakai sebagai alat hitung dalam mencari koordinat (posisi peserta didik di peta) dan dapat dimanfaatkan pula dalam menentukan arah berupa kompas digital yang sudah tersedia di Play Store.
Tujuan dari Metode POS yang digunakan dalam belajar Penjas adalah untuk meningkatkan aspek pengetahuan dan keterampilan gerak peserta didik berdasar tujuan pembelajaran materi yang diajarkan, serta mengukur kemampuan berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik dalam memecahkan teki-teki pembelajaran yang bersifat kompetitif dengan memanfaatkan alam bebas sebagai ruang belajar.
Sebagai suatu metode, POS juga memiliki banyak keunggulan seperti: (1) Komponen utama dalam pembelajaran mengukur kemampuan literasi dan numerasi peserta didik. Dibutuhkan kemampuan memahami, membaca, dan menulis dari lembar tugas yang harus dikerjakan pada masing-masing pos atau titik tujuan yang tersedia (literasi).
Karena media yang digunakan adalah peta kompas yang terdiri dari angka-angka (numerasi), maka dalam proses penentuan posisi peserta didik pada peta, mengukur jarak dengan skala peta, dan menentukan arah dalam ukuran derajat. Tentunya, hal tersebut diperlukan kemampuan perkalian, pembagian, atau perhitungan yang sesuai agar pos yang akan dituju tepat sasaran. (2) Dapat menguatkan karakter dan kompetensi peserta didik. Pantang menyerah, tenang, dan disiplin adalah karakter yang terbangun dalam metode POS ini, ditunjang pula kompetensi dalam upaya memecahkan masalah, bekerja sama dalam tim, serta kreatif adalah warna yang menonjol dalam Metode POS ini.
(3) Ruang belajar yang digunakan sistem outdoors. Belajar di luar kelas dengan pemanfaatan lingkungan sekolah dapat menciptakan suasana yang harmonis, karena ada alam bebas yang membuat peserta didik akan peka terhadap lingkungan sekitarnya melalui proses interaksi sosial maupun kepedulian pada kelestarian alam. Sementara, tantangan yang dihadapi dalam implementasi Metode POS ini adalah dibutuhkan kejujuran dari peserta didik dalam penyelesaian lembar tugas pada setiap pos karena terbatasnya mobilitas yang dilakukan guru.