Lihat ke Halaman Asli

Kepunahan Bakteri, Mitos atau Fakta?

Diperbarui: 25 Agustus 2018   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : gettyimages.com

Pastinya kita sebagai orang awam sering mendengar kata bakteri. Dan biasanya yang muncul di pikiran kita adalah penyakit, pembusukan makanan, atau bahkan senjata biologis. Namun sebenarnya, bakteri juga memiliki lebih banyak peranan yang menguntungkan bagi manusia contohnya sebagai pengurai, bahan pembuatan obat, bahan pembuatan makanan, dsb. 

Jadi bakteri adalah organisme yang penting dan esensial dalam ekosistem dan juga kehidupan manusia dan apakah yang akan terjadi jika bakteri punah? Namun pertanyaan yang sesungguhnya adalah apakah bakteri akan punah? Apakah bakteri yang merupkan organisme yang sangat kecil dan tak terlihat oleh mata telanjang namun begitu penting dapat punah?

Sebelum menjawab pertanyaan itu mari kita analisis dari awal dengan mengerti apakah itu bakteri. Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. 

Bakteri umumnya merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, jadi tidak memiliki sistem endomembran hal ini membuat sel tersebut mempunyai materi inti sehingga tidak dibatasi oleh membran, sel prokariotik juga tidak mempunyai organela yang terbatasi oleh sistem membran. Bakteri juga tidak mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). 

Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki jumlah spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-mana mulai dari di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga berada di lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim.

Dilihat secara strukturnya, menjadi mungkin bagi bakteri untuk punah, karena struktur organel sel yang dimilikinya adalah semu, tanpa ada sistem endomembran, sedangkan sel eukariotik memiliki sistem endomembran yang memperkuat pertahanan dan sistem perlindungan yang lebih kompleks dari prokariotik karena pada dasarnya, sel eukariotik berasal dari sel prokariotik yang mengalami simbiosis dengan mitokondria dan/atau kloroplas seperti yang disampaikan oleh Lynn Margulis, Boston University.

Namun sebenarnya itu tidak benar karena seperti disebutkan sebelumnya, bakteri juga bisa hidup di lingkungan yang ekstrim. Hal ini dibuktikan dengan beberapa hal yaitu:

Sel prokariotik muncul di bumi lebih awal daripada sel eukariotik dan pada saat itu keadaan di bumi seperti curah hujan, suhu, dan perubahan-perubahan cuaca terjadi secara sangat drastis karena keadaan bumi yang belum stabil atau masih dinamis, maka dari itu sel prokariotik seperti archaebacteria mau tidak mau harus memiliki kemampuan adaptasi yang cepat untuk menyesuaikan dengan berbagai keadaan/perubahan cuaca yang terjadi di bumi saat itu mulai dari keadaan atau suhu yang panas hingga suhu yang dingin.

Beberapa sel prokariotik memiliki lapisan dinding sel berupa peptidoglikan dan beberapa lainnya lipid. Lipid adalah molekul yang mengandung hidrokarbon dan membuat building blocks struktur dan fungsi sel hidup, contohnya seperti lemak, lilin, dan sterol. sedangkan peptidoglikan merupakan polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan yaitu asam-N-asetil glukosamin serta asam N-asetilmuramat.

Pada archaebacteria jenisnya ada 3

Halofil : Bakteri yang menyukai tempat tinggal dengan kadar gar am yang lebih tinggi dari normal (biasanya kadar normal garam 20%, namun bakteri ini bisa tinggal di tempat dengan kadar garam 10x lipat lebih banyak. Artinya bakteri ini dapat bertahan hidup di lingkungan ekstrim yang hampir semua makhluk hidup akan mati jika hidup di lingkungan ini. Contohnya : Halobacterium

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline