Lihat ke Halaman Asli

Adrianus Denis

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Xenophobia K-Pop: Sebuah Subkultur

Diperbarui: 20 Maret 2021   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(source : https://www.infobase.com/blog/featured/countering-xenophobia-through-teaching-and-digital-resources-iamnotavirus-2/)

Manusia merupakan makhluk yang bebas memilih minat dan hobinya masing-masing. 

Ada yang memiliki hobi melukis, membaca buku, mendengarkan musik, dan masih banyak lagi. Penggemar musik pun terbagi dalam beberapa kategori tersendiri. Ada yang menyukai musik Indonesia, musik dangdut, musik Barat, serta musik korea atau K-Pop.

Fenomena K-Pop atau yang sering disebut fenomena Hallyu ini pertama kali diciptakan oleh wartawan Tiongkok karena popularitas K-pop di negara Tiongkok pada akhir tahun 1990an (Huat d.k.k., 2008, p.25-27).  Seiring berjalannya waktu, K-Pop berkembang ke seluruh penjuru Asia termasuk Indonesia. 

Budaya K-Pop di Indonesia dapat dikatakan sebagai  salah satu budaya populer di Indonesia. 

Budaya populer itu apa ya? 

Singkatnya, Budaya Populer merupakan budaya yang disukai oleh banyak orang (Storey, 2015, h.5). Panjangnya, Budaya Populer merupakan budaya yang mendominasi karena banyak disukai masyarakat dan tentunya juga mempengaruhi masyarakat. Budaya populer memiliki lima karakteristik, yaitu profitabilitas,  tren, keseragaman, adaptabilitas, dan durabilitas.

Dari definisi dan karakteristiknya, sangat kelihatan dan obvious bahwa K-Pop merupakan salah satu budaya populer. Tentu saja, budaya K-Pop merupakan budaya populer yang setiap harinya semakin berkembang besar. Seiring berjalannya waktu, budaya K-Pop lebih dari sekadar mendengarkan musik. Namun, budaya K-Pop ini berarti juga membeli album, tiket konser, photocard dan merchandise yang nilainya mencapai jutaan rupiah. 

Jika dianalisis secara politik, K-Pop ini merupakan salah satu “trik” paling handal untuk mengendalikan rakyat demi mencapai suatu tujuan, loh! Tujuan itu bervariasi, mulai dari mendapatkan keuntungan, serta memperluas kawasan dominasi mereka.

Contohnya dapat kita ambil dari video YouTube ini:


Dalam video tersebut, terdapat 1 orang yang memesan 400 buah album dari salah satu boy group paling terkenal yaitu BTS. Hal ini sudah mencapai tujuan asli dari agensi K-Pop tersebut, yaitu mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Lalu, bayangkan jika 1 orang yang menonton video ini terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Hal ini akan membuat agensi K-Pop memiliki kekuasaan dan kawasan dominasi yang lebih luas lagi. 

Kata mereka, hal ini dilakukan untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan tersendiri. Beberapa teman saya yang sering melakukan hal ini pun berkata demikian. Mereka merasa senang jika memiliki hal-hal kecil diluar mendengarkan musiknya. Namun, hal ini tidak berarti bahwa musik yang dikeluarkan oleh para penyanyi asal Korea Selatan itu tidak bagus. Terkadang, lagu berbahasa Korea memiliki melodi dan lirik yang jauh lebih indah dibanding lagu berbahasa lainnya. Mungkin inilah beberapa alasan mengapa K-Pop terus berkembang menjadi budaya populer tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline